Minggu, 25 November 2012 0 comments

TRIK JITU MENJADI MANUSIA YANG BERKARAKTER (BI SS 2012)



Pengertian Karakter
Karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut para ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan pada suatu tindakan seseorang. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap pada kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertiannya, ternyata karakter dan akhlak tidak memilki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dapat terjadi tanpa adanya suatu pemikiran karena sudah tertanam dalam pikiran. Dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Suatu akhlak dapat menjadikan sempurnanya keimanan seseorang, maka tidak ada lagi alasan bagi sekolah untuk menomor duakan keseriusan dalam  upaya pembentukan karakter dibandingkan keseriusan mengejar keunggulan prestasi  dalam segala bidang. Bahkan yakinlah, bahwa jika anak didik kita memiliki karakter yang baik, Insya Allah mereka pun akan jauh lebih mudah untuk memacu dalam mengejar berbagai prestasi.

Pembentukan Karakter
Dalam pembentukan karakter pemberian pelatihan soft kills ini bertujuan menyerasikan antara pencapaian akademik (hard skills) yang diperoleh di perguruan tinggi dan berbagai ketrampilan agar pada kemudian hari menjadi manusia yang memiliki kecakapan secara intelegensi maupun emosional. 
Para peneliti, dan tokoh kelas dunia pun dengan jelas ikut menyuarakan pentingnya masalah pembentukan karakter antara lain :
Theodore Roosevelt, mantan presiden USA yang mengatakan:
To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society”
“Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat.”
Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu dari tujuh dosa fatal, yaitu “education without character” (pendidikan tanpa karakter)
Beberapa hasil penelitian dan survey berikut mungkin akan membuat dahi kita berkerut:
90% anak usia 8-16 tahun telah buka situs porno di internet. Rata-rata anak usia 11 tahun membuka situs porno untuk pertama kalinya. Bahkan banyak diantara mereka yang membuka situs porno di sela-sela mengerjakan pekerjaan rumah (Ketua Umum Badan Pengurus Nasional Asosiasi Warung Internet Indonesia, Irwin Day. 25 Juli 2008. Media Indonesia)‏
Herien Puspitasari (Disertasi Doktor IPB), mempublikasikan hasil penelitiannya di Kompas Cyber Media 18/05/2006). Dalam penelitiannya yang dilaksanakan pada tahun 2002-2003, dengan menggunakan responden sejumlah 667 siswa (550 siswa Sekolah Negeri & 117 siswa Sekolah Swasta), 540 putra dan 127 putri, semuanya berasal dari siswa kelas 2 SMA dan SMK di Bogor. Mendapatkan hasil yang mencengangkan: Dari 667 responden tersebut, tidak kurang 10 persen para responden sudah melakukan hubungan seks bebas!
Jumlah pengguna narkoba di lingkungan pelajar SD, SMP, dan SMA pada tahun 2006 mencapai 15.662 anak. Rinciannya, untuk tingkat SD sebanyak 1.793 anak, SMP sebanyak 3.543 anak, dan SMA sebanyak 10.326 anak. Dari data tersebut, yang paling mencengangkan adalah peningkatan jumlah pelajar SD pengguna narkoba. Pada tahun 2003, jumlahnya baru mencapai 949 anak, namun tiga tahun kemudian atau tahun 2006, jumlah itu meningkat tajam menjadi 1.793 anak .
Tentunya masih banyak data dan fakta lain yang bisa kita ungkap. Tapi data-data di atas cukup mewakili bagaimana potret anak usia sekolah di negeri ini.
Menurut Thomas Lickona (1992), tanda-tanda kehancuran suatu bangsa antara lain:
1. Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja
2. Ketidakjujuran yang semakin membudaya
3. Semakin rendahnya rasa tidak hormat kepada kedua orang tua, guru dan figur pemimpin,
4. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian,
5. Penggunaan bahasa yang semakin memburuk,
6. Penurunan etos kerja,
7. Menurunnya rasa tanggung-jawab individu dan warga negara,
8. Meningginya perilaku merusak diri,
9. Semakin kaburnya pedoman terhadap nilai-nilai moral.
Sehingga proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, nilai-nilai moral.
Pendidikan Agama sebagai pilar utama dalam proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu, sekolah perlu mengembangkan prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut:
1.      Menjadikan nilai-nilai agama sebagai landasan filosofis.
2.      Mengintegrasikan nilai Islami ke dalam bangunan kurikulum.
3.     Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk mencapai optimalisasi proses belajar mengajar.
4.    Mengedepankan nilai-nilai pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik.
5. Menumbuhkan iklim yang baik di dalam lingkungan sekolah: menumbuhkan kemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan kemungkaran.
6. Melibatkan peran-serta orangtua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
7. Mengutamakan nilai silaturrahim dalam semua interaksi antar warga sekolah.
8. Membangun budaya rawat, resik, rapih, runut, ringkas, sehat dan asri.
9. Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi pada mutu.
10. Menumbuhkan budaya profesionalisme
Nilai-nilai agama menjadi inspirasi dan sekaligus pemandu utama dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah antara lain:
1.      Membentuk sikap dan kepribadian yang kuat.
2.      Memompa semangat keilmuan dan karya.
3.      Membangun karakter/pribadi yang saleh
4.      Membangun Sikap Peduli:
5.      Membentuk pandangan yang visioner
Menurut Ratna Megawangi, Founder Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter:
MORAL KNOWING : Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik
MORAL FEELING : Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.
MORAL ACTION : Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior
Masih menurut Indonesia Heritage Foundation, ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri anak:
1. Cinta pada Allah SWT, dengan segenap ciptaanNya
2. Kemandirian dan tanggung jawab
3. Kejujuran, bijaksana
4. Hormat, santun
5. Dermawan, suka menolong, gotong royong
6. Percaya diri, kreatif, bekerja keras
7. Kepemimpinan, keadilan
8. Baik hati, rendah hati
9. Toleransi, Kedamaian, kesatuan
Tips untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah
Berikut adalah tips untuk sukses menerapkan pendidikan berbasis karakter di sekolah:
  • Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan kepada seluruh stake holder sekolah melalui berbagai media : buku panduan untuk orang tua (dan siswa), news untuk orang tua, pelatihan.
  • Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang diyakini sekolah.
  • Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut di kelas masing-masing.
  • Memberikan dilema-dilema dalam mengajarkan suatu nilai, misalnya tentang kejujuran.
  • Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan
  • Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran
  • Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah dengan anak adalah masalah besar atau masalahnya tidak selesai
Dari semua komponen sekolah, yang paling berperan mensukseskan program pendidikan berbasis karakter di sekolah, adalah GURU. Tentunya diperlukan Guru Berkarakter untuk menghasilkan SISWA yang Berkarakter. Meski diperlukan kesabaran dan ketekunan, menghasilkan anak didik yang berakhlak dan berkarakter baik tentunya sangat membahagiakan, karena menjadi penyebab seseorang mendapatkan kebaikan itu lebih baik dari dunia dan seisinya.

Dikutip dari:
Shintawati (Staf Dept. Mutu JSIT Indonesia). Pendidikan Berbasis Karakter.
0 comments

Menjadi Generasi Cerdas Sosial (BI SS 2012)



Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS) per Februari 2012, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 120,4 juta orang. Dari angka tersebut, sebanyak 112,8 juta orang sudah bekerja. Maka tidaklah heran bahwa persaingan kerja pada level lulusan di perguruan tinggi memang sangat ketat. Bayangkan saja, setiap tahunnya di berbagai perguruan tinggi di Indonesia meluluskan sekitar 1,2 juta sarjana. Dari angka tersebut, sekitar 600.000 orang belum mendapatkan pekerjaan. Hal inilah yang menimbulkan istilah penggangguran. Ada beragam alasan mereka belum juga mendapatkan suatu pekerjaan. Selain lapangan pekerjaan yang sangat terbatas, perusahaan kini sangat selektif mencari calon karyawan. Untuk mencari suatu pekerjaan yang sifatnya ketrampilan, perusahaan tentunya lebih suka lulusan yang siap kerja. Barangkali hal ini yang membuat lulusan SD menjadi penyumbang terbanyak tenaga kerja. Data BPS menyebutkan, angka pekerja dari lulusan SD mendominasi 55,5 juta orang, sedangkan lulusan dari perguruan tinggi hanya menyumbang 7,2 juta orang. Bahkan, lulusan dari diploma lebih minim lagi, hanya 3,1 juta orang.  

Tantangan
Dari sekian banyak lulusan perguruan tinggi, perusahaan memang jeli memilih calon yang potensial bagi perusahaannya. Mereka yang mencari lulusan yang tak hanya mampu bekerja dengan baik, tetapi juga membuat kinerja perusahaan lebih baik lagi. Tantangannya kini adalah bagaimana menjadi generasi yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas sosial. Cerdas sosial adalah cara mereka yang senantiasa memiliki orientasi untuk memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar. Cerdas sosial juga berarti mampu menghasilkan kreasi, karya, dan kontribusi kebaikan dalam rangka mewujudkan lingkungan yang baik. Sejauh ini, memang banyak lulusan perguruan tinggi yang berprestasi di bidang akademik maupun non akademik. Namun, secara keseluruhan kualitas karakter mereka belum matang untuk menghadapi persaingan dalam pekerjaan. Kualitas lulusan perguruan tinggi sebenarnya bisa ditingkatkan melalui kemampuan soft kills.  Secara umum, soft kills adalah suatu ketrampilan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan intrapersonal. Beberapa contoh soft kills antara lain kemampuan beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan memecahkan masalah. Ada beberapa anggapan bahwa modal sukses di dunia kerja ada dua. Yang pertama adalah kompetensi akademik (hard skills) yang menyumbangkan 20 persen. Sedangkan yang kedua adalah kompetensi non akademik (soft skills) yang menyumbangkan sebanyak 80 persen. Sangat disayangkan bahwa rata-rata pengajaran di sekolah masih sangat berfokus kepada akademik. Padahal, kemampuan non akademik menjadi penentu sukses mereka pada masa yang akan datang. Beberapa terobosan sudah dilakukan oleh beberapa pihak, mulai dari sekolah yang menanamkan soft kills dalam pengajaran hingga pihak swasta, seperti Djarum Foundation yang memberikan pelatihan khusus kepada penerima Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum). Melalui program beasiswa, mereka di berikan berbagai pelatihan soft kills untuk membentuk karakter manusia Indonesia untuk disiplin, mandiri, dan berwawasan masa depan serta menjadi pemimpin yang memiliki kecakapan secara intelektual dan emosional.

Sumber : www.kompas.com
  
0 comments

GREEN INVESTMENT (BI SS 2012)



MENGAPA MEMILIH KAYU JABON?

Pohon Jabon ( Anthocephalus cadamba ) adalah tanaman kayu penghijauan yang pertumbuhannya tercepat di dunia,dengan pertumbuhan diameter  rata-rata 10 cm per tahun dan dapat mencapai ketinggian sampai 25 m , dapat dipanen pada usia 5 (lima) tahun dengan volume kayu  +  0,9 m3 /pohon dan jika dijual dapat mencapai + Rp. 1.000.000,- / pohon.
Saat ini Jabon menjadi andalan industri perkayuan, termasuk kayu lapis, karena Jabon memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman kayu lainnya termasuk sengon / albasia.
Jabon adalah Tanaman Kayu Keras yang cepat tumbuh, Tanaman yang termasuk famili Rubiaceae ini tumbuh baik pada ketinggian 0 – 1000 meter dari permukaan laut, pada jenis tanah lempung, podsolik cokelat dan aluvial lembab yang yang umumnya terdapat di sepanjang sungai yang beraerasi baik. Jabon adalah jenis pohon cahaya (light-demander) yang cepat tumbuh. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 9 m dengan diameter 11 cm. Pada usia 5-6 tahun lingkar batangnya bisa 40 sampai 50 cm, diameter Pertumbuhan antara 5-10 cm/tahun. Di alam bebas, pohon Jabon pernah ditemukan mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar.Daunnya tidak lebat.Batang lurus silindris dan tidak berbanir dengan tingkat kelurusan yang sangat bagus. Batangnya bebas cabang sampai 60%,cabang akan rontok sendiri (self purning), warna kayunya putih krem (kuning terang) sampai sawo kemerah merahan. Kayunya mudah dikeringkan, mudah dipaku dan di lem, susutnya rendah.Sangat mungkin dimanfaatkan oleh Industri Furniture, Plywood / kayu Lapis, Batang Korek Api, Alas sepatu, Papan, Peti, bahan kertas kelas sedang.
Keunggulan pohon jabon
a. Tanaman kayu penghijauan yang memiliki keunggulan dapat tumbuh diberbagai lokasi dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap hama dan penyakit.
b. Tanaman kayu penghijauan yang menjadi bahan utama industri perkayuan skala besar seperti bahan kayu lapis, bahan kertas, mebel ringan, pencil, korek api, dan lain-lain.
c. Tanaman kayu penghijauan yang aman diinvestasikan karena tidak diminati oleh pencuri kayu karena tidak baik digunakan untuk bahan konstruksi hanya dapat digunakan untuk bahan baku industri yang perdagangannya dapat dikontrol.
d. Pemeliharaan tanaman dapat diintegrasikan dengan program tumpang sari sekaligus memberdayakan masyarakat petani.
e. Daunnya tidak disukai ternak, sehingga tidak perlu khawatir terjadi pencurian daun.
f. Daun jabon akan rontok sendiri, itu akan membuat kayu jabon lurus rata ke atas tidak ada benjolan.
g. Tanamannya tidak dihinggapi tumor karat.
h. kayu jabon juga lebih banyak manfaatnya dibanding kayu sengon, lebih banyak diserap oleh banyak industri diantaranya kayu lapis, industri meubel, tripleks, pulp, papan, produsen peti buah, Alas sepatu, mainan anak-anak dan korek api.
i. Perawatan lebih mudah.
j. Dapat bertumbuh di berbagai jenis tanah seperti; tanah liat, tanah lempung atau pun tanah berbatu
k. Pertumbuhan lebih cepat.
l. Siap panen di umur 4 tahun ataupun 5 tahun.
Pertumbuhan Tanaman Jabon
Pertumbuhannya sangat cepat dibandingkan dengan kayu keras lainnya termasuk bila dibandingkan dengan sengon (albasia). Jabon tergolong tumbuhan pionir sebagaimana sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolistik cokelat, atau tanah berbatu. Sejauh ini jabon b ebas serangan hama dan penyakit, termasuk karat tumor yang kini banyak menyerang sengon.
Batang Pohon Jabon
Ciri dan karakteristik batang jabon adalah : Permukaan kayu licin serta arah tegak lurus, berwarna putih kekuningan mirip meranti kuning, batang mudah dikupas, dikeringkan, direkatkan, bebas dari cacat mata kayu dan susutnya rendah.
Pemasaran Jabon
Karena jenis kayunya yang berwarna putih agak kekuningan dan tanpa terlihat seratnya, maka kayu jabon sangat dibutuhkan oleh industri kayu lapis ( plywood ), industri meubel, pulp, produsen peti buah, mainan anak-anak, korek api, alas sepatu, papan, dan tripleks. Hal inilah yang menyebabkan pemasaran kayu jabon sama sekali tidak mengalami kesulitan.
Data Pertumbuhan & Masa Panen
Jabon mencapai usia optimal panen pada usia 10-15 tahun. Usia 6-7 tahun sudah dapat dipanen. Pertumbuhan diameter pohon 5-10 cm / th.
Jabon dapat tumbuh subur di hutan tropis dengan ekologi tumbuh pada :
Ketinggian                    : 10 – 2000 mdpl
Curah hujan                  : 1250 – 3000 m/th
Perkiraan suhu              : 100 C – 400 C
Kondisi tanah   ( PH )     : 4,5 – 7,5
Penanaman & Perawatan Jabon
Jabon merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan berkembang, tidak memerlukan banyak perlakuan khusus dalam budidayanya. Dapat pula dilakukan tumpangsari dengan beberapa tanaman, terutama tanaman yang menunjang kesuburan tanaman jabon itu sendiri. Jabon tidak menuntut persyaratan tumbuh pada dataran yang tinggi, namun untuk investasi sebaiknya dilakukan pada tanah yang subur dan drainase yang baik. Jarak tanam 2 x 3 m atau 5 x 5 m, tergantung tujuan penanaman, murni atau tumpangsari. Lubang tanam 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm tergantung kondisi tanah. Kompos 0 – 5 Kg dicampur dengan tanah galian lubang tanam, kemudian digunakan untuk menimbun lubang setelah penanaman. Pupuk dasar NPK 0 – 100 g per lubang tanam, dilakukan pada musim hujan ( Desember – Januari ).