Senin, 09 Januari 2012 2 comments

KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)

1.     Umum

Kepemimpinan  (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya). Kepemimpinan juga merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh seorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.

          Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Sedangkan kepemimpinan yang bersifat tidak resmi (informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi. Sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas. Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, karena kepemimpinan demikain didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan dan hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan bagi masyarakat.

          Walaupun seorang pemimpin (yakni yang melaksanakan kepemimpinan) yang resmi tidak boleh menyimpang dari peraturan-peraturan resmi yang menjadi landasanya, akan tetapi dapat melakukan kebijaksanaan yang dapat memancarkan kemampuan mereka sebagai pemimpin. Misalnya, kebijaksanaan tersebut dapat diwujudkan di dalam memilih waktu untuk melaksanakan peraturan-peraturan atau memilih orang-orang yang langsung berhubungan dengan masyarakat untuk  melaksanakan peraturan dan seterusnya.

           Kepemimpinan yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam suatu jabatan resmi dan tentu saja lebih leluasa di dalam masyarakat yang belum dipungut peraturan-peraturan resmi. Dalam bidang terakhir tadi, seorang pemimpin dapat menggerakan kekuatan-kekuatan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.    Perkembangan kepemimpinan

          Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang diantara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukan dalam keadaan-keadaan dimana tujuan kelompok sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman dari luar. Dalam keadaan demikian, agak sulit bagi warga kelompok menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

          Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok. Apabila pada saat tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka jalan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuannya dengan begitu kebutuhan warga tidak terpenuhi.

3.    Syarat-syarat kepemimpinan

a.    Memberi kesenangan dalam jasmani,
b.    Menunjuk pada keahlian dan kepastian hukum,
c.    Menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk bekerja persuasion,
d.    Memberi kesenangan rohaniah,
e.   Menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk turut merasakan kesukaran-kesukaran kepada para pengikut-pengikutnya,
f.    Menunjukkan pada suatu sikap yang patut dihormati,
g.    Menunjukkan kelebihan didalam ilmu pengetahuan,kepandaian dan ketrampilan,
h.    Sifat memberikan semangat kepada anak buah.

4.    Kepemimpinan yang dianggap efektif

Suatu kepemimpinan yang efektif harus mempertimbangkan social basis apabila tidak menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-tidaknya terhindar dari pemerintah boneka belaka.

Kepemimpinan didalam masyarakat-masyarakat hukum adat yang tradisional dan homogen, perlu disesuaikan dengan sussunan masyarakat tersebut yang masih tegas-tegas memperlihatkan ciri-ciri paguyuban. Hubungan pribadi antara pemimpin dengan yang dipimpin sangat dihargai. Hal ini, disebabkan pemimpin-pemimpin pada masyarakat tersebut adalah pemimpin-pemimpin tidak resmi informal leaders yang mendapat dukungan tradisi atau karena sifat-sifat pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya, masyarakat lebih menaruh kepercayaan terhadapa para pemimpin-pemimpin tersebut, beserta peraturan-peraturan yang dikeluarkan.

Dengan demikian, maka keputusan para pemimpin tersebut sekaligus merupakan pula rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya para pemimpin masyarakat tradisional adalah pemimpin-pemimpin dibelakang atau ditengah. Jarang sekali yang menjadi pemimpin dimuka umum. Sebaliknya, apabila ditinjau dan ditelaah pada keadaan dikota-kota besar, maka susunan masyarakat kota tersebut menghendaki kepemimpinan yang lain dari kepemimpinan pada masyarakat tradisional. Maka Kebijaksanaan rasionallah yang sangat diperlukan. 


5.    Tugas Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan

Tugas-tugas pokok seorang pemimpin yaitu :

1.     Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan bagi para pengikut-pengikutnya,

2.    Mengawasi dan mengendalikan serta menyalurkan perilaku warga masyarakat yang dipimpinnya, dan

3.    Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia luar kelompok yang dipimpin.

 - Macam-macam gaya kepemimpinan yaitu :


 1. Gaya kepemimpinan yang otoriter

Ciri-cirinya sebagai berikut :
a.    Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak,
b.    Pengikut sama sekali tidak dapat diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapai suatu tujuan, dan
c.    Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam proses interaksi didalam kelompok tersebut.

         2. Gaya Kepemimpinan yang demokratis

Ciri-cirinya sebagai berikut :
a.    Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga anggota kelompok untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut,
b.    Pemimpin secara aktif memberikan saran bagi para pengikutnya,
c.    Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun dari para pengikutnya,
d.    Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kelompok.

3.    Gaya Kepemimpinan yang Bebas

Ciri-cirinya sebagai berikut :
a.    Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif,
b.    Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya dan diserahkan kepada kelompok,
c.    Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan bagi para kelompoknya, dan
d.    Pemimpin berada pada ditengah-tengah kelompok, namun dia hanya beperan sebagai penonton.

Sebenarnya ketiga kategori yang diatas dapat berlangsung bersamaan, karena metode mana yang terbaik dan senantiasa tergantung pada situasi yang dihadapinya.
Cara-cara demokratis mungkin dapat diterapkan didalam suatu masyarakat yang warganya mempunyai taraf pendidikan yang cukup. Cara-cara otoriter mungkin lebih tepat untuk diterapkan didalam masyarakat yang sangat homogen, sedangkan cara-cara yang bebas mungkin lebih cocok kepada masyarakat yang relatif homogen.
Menurut saya gaya kepemimpinan yang cocok dengan saya adalah gaya kepemimpinan yang demokratis karena kepemimpinan yang dilakukan secara demokratis akan menggunakan cara musyawarah dan akan merumuskan suatu masalah dengan saran dan kritikan yang positif bagi para pengikutnya untuk mencapai suatu tujuan. Maka kepemimpinan ini sangat banyak dilakukan pada negara-negara maju khususnya Indonesia dan Amerika Serikat yang akan membawa dampak baik pada negaranya dibawah kepemimpinan secara demokratis.

Sumber :
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Penerbit Dian Rakyat,1967.
Selo Soemardjan, Pola-Pola Kepemimpinan Dalam Pemerintahan, 1967.
David Krech dan Richard S. Crutshfield, Theory and Problem of Social Psyhology, Mc Graw Hill Book Company Inc, 1948.
Soekanto Suryono, sosiologi suatu pengantar, Penerbit PT. Raja Gravindo Persada, Jakarta, 1990.
Selasa, 06 Desember 2011 5 comments

KONFLIK ORGANISASI

Konflik adalah suatu proses antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya menjadi tidak berdaya.

Konflik itu sendiri merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat maupun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggota atau antar kelompok masyarakat lainnya, konflik itu akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik yang dapat terkontrol akan menghasilkan integrasi yang baik, namun sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan suatu konflik.

Konflik menurut Robbin
konflik organisasi menurut Robbins (1996) adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh terhadap pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.

Pandangan ini dibagi menjadi 3 bagian menurut Robbin yaitu :

1.Pandangan tradisional
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik ini suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan diantara orang-orang dan kegagalan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi para karyawan tersebut.

2.Pandangan kepada hubungan manusia.
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai sesuatu peristiwa yang wajar terjadi didalam suatu kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena didalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi tersebut.

3.Pandangan interaksionis.
Pandangan ini menyatakan bahwa mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya suatu konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif dan tidak inovatif. Oleh karena itu, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat dan kreatif.

Jenis – Jenis Konflik :

Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :

1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya. Bila berbagai permintaan pekerjaan saling
bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.

2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan–perbedaan kepribadian.Konflik ini berasal dari adanya konflik antar peranan ( seperti antara manajer dan bawahan )
.

3. Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma – norma kelompok.

4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok
atau antar organisasi.

5. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga–harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.

Sumber-Sumber Utama Penyebab Konflik Organisasi

Penyebab terjadinya konflik dalam organisasi, yaitu :

1.
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan,
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula,
3. Perbedaan kepentingan individu atau kelompok,
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat, dan
5. Perbedaan pola interaksi yang satu dengan yang lainnya.

Teknik-Teknik Utama Untuk Memecahkan Konflik Organisasi

Ada beberapa cara untuk menangani konflik yaitu :
1. Introspeksi diri,

2. Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat,

3. Identifikasi sumber konflik,

Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan konflik :

a. Berkompetisi
Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-lose solution) akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.

b. Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi
tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah
menunda konflik yang terjadi. Situasi menang kalah terjadi lagi disini.
Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.

c. Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri
agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Disebut juga
sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa
kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut.

Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal
yang utama di sini yaitu :

d. Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama –sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama.
Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution).

e. Berkolaborasi
Menciptakan situasi menang-menang dengan saling bekerja sama.
Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadai hal yang harus kita pertimbangkan.

Referensi :

Munandar AS. Manajemen Konflik dalam Organisasi , Pengendalian Konflik dalam Organisasi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta, 1987

Miftah Thoha. Kepemimpinan dalam Manajemen. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.

T. Hani Handoko. Manajemen.
Rabu, 09 November 2011 0 comments

PROGRAM SEQUENSIAL PADA COBOL

PROGRAM : 







OUTPUT : 


SELESAI ......

sumber : http://wsilfi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/1042/Contoh+Program+FILE+SEK 
Minggu, 30 Oktober 2011 0 comments

FLOWCHART PROSES PENGISIAN KRS

Pengertian Kartu Rencana Studi (KRS)
Kartu Rencana Studi atau KRS adalah kartu yang berisi daftar mata kuliah yang akan diikuti oleh setiap mahasiswa dalam setiap semester. Dalam KRS tercantum data mahasiswa seperti : Nama, NPM, Kelas, Fakultas, Jurusan, Jumlah Semester, Tahun Akademik, Kode Mata Kuliah, Mata Kuliah, SKS.
KRS berlaku sah apabila ada pas foto mahasiswa yang bersangkutan dan di cap oleh universitas tersebut.

KRS merupakan bukti mahasiswa aktif pada setiap semester yang bersangkutan dan berfungsi sebagai Kartu Peserta Ujian. Pengisian KRS dilakukan oleh setiap mahasiswa secara langsung di PSMA Online pada setiap semester.

Persyaratan Pengisian KRS
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa yaitu:
a.    Berpakaian rapi dan sopan
b.    Membawa lembaran FRS yang sudah diisi
c.    Membawa pas foto hitam putih atau pas foto bewarna dengan ukuran 3 x 4 terbaru dan bukan bekas.
d.    Membawa blangko pembayaran warna merah yang sudah dibayarkan. Bagi mahasiswa yang belum membayar uang kuliah dapat menggunakan KRS yang lama tetapi KRS belum dapat diambil.
e.    Pengambilan KRS bagi mahasiswa yang tidak memenuhi syarat 3 dan 4 dapat dilakukan di hari berikutnya dengan membawa syarat yang belum dipenuhi selama pengisian KRS.


Prosedur Pengisian KRS
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan KRS digambarkan pada bagan dibawah ini :
  1. Keterangan : Prosedur pengisian KRS diawali dengan mahasiswa menyerahkan fotokopi tanda bukti pembayaran uang kuliah (blanko) berwarna merah ke bagian Front Office (FO), yang melayani informasi di bidang Akademik dan Keuangan. Kemudian FO memeriksa blanko dan memberikan form KRS kepada mahasiswa. Mahasiswa mengisi form KRS dan mengumpulkannya pada Ketua Jurusan (Kajur), yang kemudian diperiksa dan disetujuinya, lalu diserahkan ke BAAK. Lalu BAAK memeriksa dan menyetujuinya dan jika disetujui, KRS diserahkan ke FO kembali untuk diberikan kepada mahasiswa dan mahasiswa memperbanyak KRS dan memberikan fotocopy KRS kepada FO untuk diberikan kepada Kajur dan BAAK. Prosedur ini digambarkan pada gambar diatas.
Penjelasan Prosedur Pengisian KRS
a.    Mahasiswa membawa FRS yang sudah diisi sebelumnya serta blanko buku pembayaran uang kuliah, mahasiswa menuju counter pengecekan blanko. Jika mahasiswa tidak membwa blanko berwarna merah dapat menyerahkan KTM atau KRS yang lama. Setelah blanko pembayaran atau KTM/KRS telah dicek, mahasiswa langsung dapat memulai pengisian KRS diterminal komputer yang aktif.
b.    Jika terdapat hal yang tidak jelas selama pengisian KRS mahasiswa dapat bertanya pada PA (Pembimbing Akademik) yang bertugas.
c.    Jika sudah selesai mahasiswa dapat keluar dan menuju loket untuk mengambil KRS dengan menyerahkan blanko pembayaran yang berwarna merah yang telsh dicek dan pas foto 3 x 4.


Sumber :                                                         
Minggu, 09 Oktober 2011 0 comments

ARTI PENTINGNYA ORGANISASI DAN METODENYA

Pengertian organisasi

Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah atau unit dalam mencapai suatu tujuan bersama.

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode,lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Organisasi dapat diartikan dalam dua macam, yaitu:

1. Organisasi dalam arti statis, yaitu organisasi sebagai wadah tempat dimana kegiatan kerjasama dijalankan.

 2. Organisasi dalam arti dinamis, yaitu organisasi sebagai suatu sistem proses interaksi antara orang-orang yang bekerjasama, baik formal maupun informal.

Organisasi sebagai sistem kerja sama
Organisasi sebagai sistem kerja sama berarti bahwa kerja sama dalam suatu organisasi sangat
penting karena mencakup dalam berbagai bidang yang mengarahkan pada suatu tujuan.

Organisasi sebagai sistem tata hubungan kerja
Organisasi sebagai sistem tata hubungan kerja berarti bahwa hubungan kerja dalam suatu organisasi sangat berperan penting dalam terlaksananya suatu organisasi dalam mengendalikan dan memanfaatkan sistem tata hubungan dalam proses berorganisasi.

Organisasi sebagai proses pembagian tugas
Organisasi sebagai proses pembagian tugas berarti organisasi memiliki pembagian tugas yang sudah terstruktur dengan baik agar suatu organisasi berjalan dengan lancar dan efektif.

Manajemen & Organisasi

Organisasi adalah sebagai alat dari manajemen untuk mencapai tujuan.

Manajemen
Menjelaskan perlunya ada proses kegiatan dan pendayagunaan sumber-sumber serta waktu sebagai faktor-faktor yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan demi tercapainya tujuan.
Tata kerja
Menjelaskan bagaimana proses kegiatan itu harus dilaksanakan sesuai dengan sumber-sumber dan waktu yang tersedia.

Manajemen, Organisasi
Manajemen Proses kegiatan pencapaian tujuan melalui kerja sama antar manusia Organisasi Alat bagi pencapaian tujuan tersebut dan alat bagi pengelompokan.

Tata Kerja
Pola cara-cara bagaimana kegiatan dan kerja sama tersebut harus dilaksanakan sehingga tujuan tercapai secara efisien.

Rangkuman

Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu organisasi dalam arti statis dan organisasi dalam arti dinamis. Terdapat hubungan yang erat antara manajemen, organisai dan metode (tata kerja).
Manajemen, organisai dan tata kerja ketiganya diarahkan kepada tercapainya tujuan secara efisien.

CIRI-CIRI, UNSUR DAN TEORI ORGANISASI

  • Ciri-ciri  Organisasi
  • Unsur-unsur  Organisasi
  • Teori  Organisasi


a.       Ciri Organisasi

1.       Adanya tujuan yang sama.
2.       Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
3.       Adanya kerjasama.
4.       Adanya sarana.
5.       Adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati.

b.      Ciri Organisasi modern

1.       Adanya prinsip atau azas organisasi
2.       Kecenderungan spesialisasi
3.       Unsur-unsur organisasi lengkap
4.       penggunaan staf lebih intensif
5.       Pengolahan data semakin cepat
6.       Organisasi bertambah besar

Unsur-unsur Organisasi :
1.       Manusia (MAN)dalam kehidupan organisasi atau ketatalembagaan sering disebut dengan istilah pegawai atau personnel. Pegawai atau personnel terdiri dari semua anggota atau warga organisasi, yang menurut fungsi dan tingkatannya terdiri dari unsur pimpinan (administrator) sebagai unsur pimpinan tertinggi dalam organisasi, para manajer yang memimpin suatu unit satuan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dan para pekerja (nonmanagement/workers). Semua itu secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.

2.       Kerjasama, merupakan suatu perbuatan saling membantu atau gotong royong dalam melakukan sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, semua anggota atau semua warga yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi administrator, manajer, dan pekerja (workers), secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.

3.       Tujuan bersama, merupakan arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan menggambarkan tentang apa yang akan dicapai atau yang diharapkan. Tujuan merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola (network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.

4.       Peralatan (Equipment), terdiri dari semua sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah, gedung/bangunan/kantor).

5.       Lingkungan (Environment), Faktor lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi termasuk dalam unsur lingkungan.

6.       Kekayaan Alam

7.       Kerangka organisasi

Teori Organisasi

•Teori Organisasi Klasik (Teori Tradisional) yaitu :
a. Teori Birokrasi
b. Teori Administrasi
c. Manajemen Ilmiah

•Teori Neo Klasik (Teori Hubungan atau Manusiawi)
Menekan pada pentingnya aspek psikologis & sosial karyawan

•Teori Organisasi Modern
Semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan & saling ketergantungan

Rangkuman

•Secara garis besar organisasi mempunyai tiga unsur yaitu orang-orang, kerjasama dan tujuan bersama-sama . Ketiga ketiga unsur tersebut saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan

•Dari berbagai macam teori organisasi yang dikemukakan oleh para ahli, tiada satupun yang memiliki kebenaran mutlak

•Antara berbagai macam teori organisasi tersebut saling isi dan saling melengkapi



Sumber :