Jumat, 13 April 2012 0 comments

INFLASI



Nama         : Laisa Nurin Mentari

Npm           : 13110955

Kelas          : 2ka04

MAKALAH INFLASI

BAB I.
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga suatu barang dan jasa yang pada umumnya terjadi secara terus menerus. Dan bila ditinjau dalam jangka panjang, sejak kemerdekaan, upaya Pemerintah Indonesia untuk menjaga kestabilan mata uang telah menuju ke arah yang lebih baik. Prof. M. Sadli mengungkapkan bahwa inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman PresidenSukarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (kalau perlu uang, cetak saja). Di zaman Suharto pemerintah berusaha menekan inflasi akan tetapi tidak bisa di bawah 10% setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa mengucurkan dana kredit likuiditas tanpa batas. Setelah itu pada zaman reformasi, Presiden Habibie membuat keputusan yaitu fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena pandangan masyarakat yang bertolak ke belakang,artinya bercermin kepada sejarah maka
dari itu,  inflasi masih lebih besar dari pada 5 persen pertahun. Pada tahun 1990-an, Pemerintahan Soeharto juga sebenarnya telah mampu menjaga tingkat inflasi dengan rata-rata di bawah 10%. Hanya saja ketika memasuki masa krisismoneter Indonesia dan Asia 1997 inflasi kembali meningkat menjadi 11,10% dan kemudian melompat menjadi 77,63% pada tahun 1998, di mana saat itu nilai tukar rupiah juga anjlok dari Rp 2.909,- per dolar AS (1997) menjadi Rp 10.014,- per dolar AS (1998). Setelah itu Pemerintahan Habibie melakukan kebijakan moneter yang sangat ketat dan menghasilkan tingkat inflasi yang paling rendah yang pernah dicapai yaitu sebesar 2,01% pada tahun 1999. Selanjutnya pada tahun 2000 sampai tahun 2006 Inflasi terus terjadi dengan nilai yang terbilang tinggi, yaitu dengan rata-rata mencapai 10%. Inflasi tahun 2005 dengan nilai sebesar 17,11% adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter Indonesia pada tahun 1997/1998, tekanan akan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan menjadi faktor utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya harga minyak di pasar internasional menyebakan Pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM. Hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi makro ekonomi Indonesia mengingat konsumsi BBM sudah mencapai 47.4 % pada tahun 2000 dari total konsumsi energi Indonesia. Inflasi bergerak pada angka yang sangat mendekati yaitu 6,60% yaitu pada tahun 2006  dan 6,59% pada tahun 2007. Bila saja inflasi yang terjadi pada tahun 2005 dapat diabaikan dengan alasan bahwa BBM sebagai faktor utama yang mempengaruhi inflasi tahun 2005 berada diluar kendali. Maka Pemerintah  meningkatkan inflasi dalam 2000-2006 tahun terakhir dan dapat dikatakan cukup terkendali. Pemerintah pada masa  pasca reformasi sepertinya telah berusaha keras menjaga tingkat inflasi, namun berbagai tekanan dari dalam maupun luar negeri pasca reformasi tahun 1997  masih sangat tinggi mempengaruhi pergerakan perekonomian Indonesia. Inflasi yang terjadi di Indonesia masih cukup tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi Malaysia dan beberapa negara Asean lainnya yang berkisar 2%, bahkan Singapura yang berada di bawah 1%. Bila sektor-sektor riil dalam negeri tidak dibangkitkan maka upaya untuk menjaga kestabilan makro ekonomi dalam jangka panjang hanya akan menjadi hal yang sia-sia saja.

1.2  Identifikasi Masalah

Inflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang mendapatkan banyak perhatian dari para ekonom. Bahkan, karena sering timbulnya berita mengenai inflasi, masyarakat awam pun sudah tidak asing lagi dengan istilah inflasi. Dalam banyak kasus, inflasi merupakan salah satu contoh yang merugikan bagi orang-orang yang berpenghasilan tetap yang mengalami penurunan. Misalnya, sebelum inflasi seseorang dapat membeli 100 kg tepung. Namun karena adanya inflasi, jumlah uang yang sama ia hanya mampu membeli sebanyak 60 kg tepung saja. Selain pihak yang berpenghasilan tetap, produsen juga mengalami kerugian akibat inflasi. Inflasi tersebut menyebabkan harga barang-barang kebutuhan mengalami kenaikan sehingga biaya produksi pun ikut menurun. Dengan meningkatnya biaya produksi, barang-barang kebutuhan yang dihasilkan oleh para produsen menjadi lebih sedikit walapun dengan modal yang sama. 


1.3  Landasan Teori

Seperti dikemukakan diatas, penentuan sasaran inflasi dilakukan dengan memperhatikan prospek ekonomi makro dan didasarkan pada perkembangan dari proyeksi arah pergerakan ekonomi kedepan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat ketidak sejalanan (trade-off) antara pencapaian inflasi yang rendah dengan keinginan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia tidak ingin menargetkan inflasi yang terlalu rendah karena dapat menghambat pemulihan ekonomi nasional. Untuk ini dengan menggunakan model-model makro ekonomi yang dikembangkan. Bank Indonesia menganalisis dan memproyeksi beberapa laju pertumbuhan ekonomi kedepannya, dengan berbagai komponen-komponennya dan komposisinya yang didorong oleh sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dengan cara ini, dapat diukur kecenderungan terjadinya kesengajaan antara besarnya permintaan dengan penawaran agregat (yang diukur dengan output potensial), atau yang sering disebut output gap ‘kesenjangan output’. Besarnya output gap inilah yang diperkirakan akan menentukan besarnya tekanan terhadap inflasi kedepannya.
Perubahan kewenangan penetapan sasarn inflasi tersebut diperkirakan tidak akan mengubah secara mendasar jenis dan besarnya sasaran inflasi. Hal ini mengingat selama ini telah terjadi koordinasi yang baik antara pemerintah dan Bank Indonesia, khususnya dalam penetapan asumsi-asumsi variable ekonomi
makro dalam proses penyusunan APBN yang didalamnya termasuk besarnya laju inflasi ke depan. Barangkali yang diperlukan adalah mekanisme koordinasi yang selama ini telah terjalin antara pemerintah dan Bank Indonesia. Termasuk didalamnya adalah mekanisme pengumuman sasaran inflasi oleh pemerintah bersama-sama dengan Bank Indonesia. Dengan cara demikian, tidak saja koordinasi dan komitmen antara pemerintah dan Bank Indonesia akan semakin tinggi, tetapi juga digunakan publik dalam pencapaian sasaran inflasi yang ditetapkan juga akan semakin besar.

BAB II.
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN INFLASI

Inflasi adalah kondisi dimana terjadi kemerosotan nilai mata uang karena banyaknya uang yang beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Kenaikan harga itu, berlangsung dalam jangka panjang. Kenaikan harga yang bersifat sementara seperti kenaikan harga pada masa lebaran tidak dianggap sebagai inflasi. Hal ini karena biasanya setelah lebaran harga barang kebutuhan akan turun kembali. Inflasi secara umum terjadi karena jumlah uang yang beredar lebih banyak dari pada yang diperlukan.inflasi juga merupkan suatu gejala ekonomi yang tidak pernah dapat dihilangkan secara tuntas. Usaha yang perlu dilakukan dengan mengurangi dan mengendalikan.

B.   JENIS-JENIS INFLASI

Jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahan, sumber dan penyebabnya.

1.    Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahan

a.    Inflasi Ringan
Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini, masih mudah dikendalikan. Harga-harga naik secara umum, tetapi belum menimbulkan krisis dalam bidang ekonomi. Inflasi ringan berada dibawah 10% per tahun.

b.    Inflasi Sedang
Inflasi sedang belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi inflasi ini sudah menurunkan kesehjateraan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10-30% per tahun.

c.    Inflasi Berat
 Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada inflasi berai ini, orang cenderung menyimpan barang dan pada umumnya orang enggan untuk menabung, karena bunga tabungan yang ditawarkan jauh lebih rendah ketimbang laju inflasi. Inflasi berat berkisar antara 30-100% per tahun.

d.    Inflasi Sangat Berat
Inflasi jenis ini sangat mengacaukan kondisi perekonomian dan susah untuk dikendalikan. Walaupun dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi ini tergolong sangat berat berada di atas 100% per tahun.

2.    Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya

a.    Inflasi Yang Bersumber Dari Luar Negeri
Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga diluar negeri. Dalam perdagangan bebas, banyak negara yang saling berhubungan dalam bidang perdagangan. Jika suatu negara mengimpor barang dari negara yang mengalami suatu inflasi, maka secara otomatis kenaikan harga (inflasi) akan mempengaruhi harga-harga dalam negerinya sehingga menimbulkan suatu inflasi.

b.  Inflasi Yang Bersumber Dari Dalam Negeri
Inflasi yang bersumber dari dalam negeri dapat terjadi karena pencetakan uang baru oleh pemerintah atau penerapan anggaran defisit. Inflasi yang bersumber dari dalam negeri juga dapat terjadi karena kegagalan panen. Kegagalan panen yang menyebabkan suatu jenis barang berkurang, sedangkan permintaan terhadap suatu barang tetap sehingga harga-harga akan naik.

3.    Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

a.    Inflasi Karena Kenaikan Suatu Permintaan
Kenaikan suatu permintaan terkadang tidak dapat dipenuhi oleh produsen. Oleh karena itu, harga-harga kebutuhan akan cenderung naik. Padahal sesuai dengan hukum ekonmi “jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga cenderung naik”.

b.    Inflasi Karena Kenaikan Biaya Produksi
Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga penawaran suatu barang cenderung naik, sehingga dapat menimbulkan inflasi.
  
C.   TEORI  INFLASI
Secara garis besar ada 3 (tiga) kelompok teori mengenai inflasi. Ketiga teori itu yaitu sebagai berikut :

1.    Teori Kuantitas
Kaum klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang beredar pada masyarakat. Harga akan naik jika ada penambahan uang yang beredar. Jika jumlah barang yang ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah menjadi 2 kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi 2 kali lipat.

2.    Teori Keynes
Keynes melihat bahwa inflasi yang terjadi karena adanya nafsu yang berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi kebutuhan secara berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan penawaran tetap, yang akan terjadi adalah harga akan naik. Misalnya  pemerintah dapat membeli barang dan jasa dengan cara mencetak uang. Inflasi juga dapat terjadi karena keberhasilan pengusaha memperoleh kredit. Kredit yang diperoleh ini digunakan untuk membeli barang dan jasa sehingga permintaan meningkat, sedangkan penawaran tetap. Kondisi ini, berakibat pada kenaikan harga-harga.

3.    Teori Struktural
Teori ini menyorot khusunya penyebab inflasi dario segi struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi dengan cepat kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk. Permintaan yang sulit dipenuhi ketika adanya kenaikan jumlah penduduk, jika yang digunakan adalah teknologi sederhana.

D.  EFEK YANG DITIMBULKAN DARI  INFLASI

1. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya
inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yaitu Rp. 50.000,00.

2. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi fa
ktor produksi menjadi tidak efisien.

3. Efek Terhadap Output (Output Effects)

Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.

4. Inflasi Dan Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.

5. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :
1.    Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
2.    Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
3.    Memperburuk pembagian kekayaan.


E.        DAMPAK  INFLASI

1. Bila harga barang secara umum naik terus-menerus, maka masyarakat akan panik,sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena di satu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong barang, sementara yang kekurangan uang tidak  bisa membeli barang, akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.

2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush,akibatnya bank kekurangan dana dan berdampak pada tutup atau bangkrut, atau rendahnya dana investasi yang tersedia.

3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran, sehingga harga akan terus-menerus naik.

4. Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yangmasyarakatnya memiliki banyak uang.

5. Bila inflasi berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.

6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.

7. Dampak positif dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah (highend)yang mana barangnya lebih laku pada saat harganya semakin tinggi (masalah prestise).

8. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakanseefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan.

9. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.

10. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha

F.  CARA MENCEGAH INFLASI

1. Kebijaksanaan Moneter

Kebijakan moneter diambil dengan maksud untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Bank sentral sebagai pemegang otoritas dibidang keuangan dapat mengambil beberapa kebijakan untuk menekan laju inflasi.

Kebijakan itu diantara lain :
-          Kebijakan penetapan persediaan kas
-          Kebijakan diskonto
-          Kebijakan operasi pasar terbuka

2. Kebijaksanaan Fiskal

Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total.


Kebijaksanaan fiskal itu diantara lain
-          Menghemat pengeluaran pemerintah
-          kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.

3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output

Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.

4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing

Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji / upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji / upah juga dinaikan.

5.Sanering

Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan,reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain: Penurunan nilai uang, Pembekuan sebagian simpanan pada bank ± bank dengan ketentuan bahwa simpanan yangdibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.

6.Devaluasi

Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilaimata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan denganmenurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi jugamerujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadapmata uang asing.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut :

1.    Inflasi yang terjadi di Indonesia dari tahun 2001 – 2005 ini adalah cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan dampak krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 yang lalu,
2.    Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada kecemburuan sosial,
3.    Para produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan,
4.    Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi suatu barang kebutuhan dan
5.    Bila inflasi berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.

Saran

Pemerintah hendaknya melakukan pembenahan didalam struktur dan sistem birokrasi dari penyaluran-penyaluran anggaran pembangunan agar dapat meminimalisir penyelewengan yang selama ini terjadi, sehingga efisiensi dan efektivitas pengeluaran pemerintah dapat ditingkatkan.


DAFTAR PUSTAKA




Dr. Alam S.,MM.2007.Pengantar Teori Ekonomi Makro.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama


Senin, 09 Januari 2012 2 comments

KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)

1.     Umum

Kepemimpinan  (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya). Kepemimpinan juga merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh seorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.

          Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Sedangkan kepemimpinan yang bersifat tidak resmi (informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi. Sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas. Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, karena kepemimpinan demikain didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan dan hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan bagi masyarakat.

          Walaupun seorang pemimpin (yakni yang melaksanakan kepemimpinan) yang resmi tidak boleh menyimpang dari peraturan-peraturan resmi yang menjadi landasanya, akan tetapi dapat melakukan kebijaksanaan yang dapat memancarkan kemampuan mereka sebagai pemimpin. Misalnya, kebijaksanaan tersebut dapat diwujudkan di dalam memilih waktu untuk melaksanakan peraturan-peraturan atau memilih orang-orang yang langsung berhubungan dengan masyarakat untuk  melaksanakan peraturan dan seterusnya.

           Kepemimpinan yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam suatu jabatan resmi dan tentu saja lebih leluasa di dalam masyarakat yang belum dipungut peraturan-peraturan resmi. Dalam bidang terakhir tadi, seorang pemimpin dapat menggerakan kekuatan-kekuatan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.    Perkembangan kepemimpinan

          Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang diantara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukan dalam keadaan-keadaan dimana tujuan kelompok sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman dari luar. Dalam keadaan demikian, agak sulit bagi warga kelompok menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

          Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok. Apabila pada saat tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka jalan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuannya dengan begitu kebutuhan warga tidak terpenuhi.

3.    Syarat-syarat kepemimpinan

a.    Memberi kesenangan dalam jasmani,
b.    Menunjuk pada keahlian dan kepastian hukum,
c.    Menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk bekerja persuasion,
d.    Memberi kesenangan rohaniah,
e.   Menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk turut merasakan kesukaran-kesukaran kepada para pengikut-pengikutnya,
f.    Menunjukkan pada suatu sikap yang patut dihormati,
g.    Menunjukkan kelebihan didalam ilmu pengetahuan,kepandaian dan ketrampilan,
h.    Sifat memberikan semangat kepada anak buah.

4.    Kepemimpinan yang dianggap efektif

Suatu kepemimpinan yang efektif harus mempertimbangkan social basis apabila tidak menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-tidaknya terhindar dari pemerintah boneka belaka.

Kepemimpinan didalam masyarakat-masyarakat hukum adat yang tradisional dan homogen, perlu disesuaikan dengan sussunan masyarakat tersebut yang masih tegas-tegas memperlihatkan ciri-ciri paguyuban. Hubungan pribadi antara pemimpin dengan yang dipimpin sangat dihargai. Hal ini, disebabkan pemimpin-pemimpin pada masyarakat tersebut adalah pemimpin-pemimpin tidak resmi informal leaders yang mendapat dukungan tradisi atau karena sifat-sifat pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya, masyarakat lebih menaruh kepercayaan terhadapa para pemimpin-pemimpin tersebut, beserta peraturan-peraturan yang dikeluarkan.

Dengan demikian, maka keputusan para pemimpin tersebut sekaligus merupakan pula rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya para pemimpin masyarakat tradisional adalah pemimpin-pemimpin dibelakang atau ditengah. Jarang sekali yang menjadi pemimpin dimuka umum. Sebaliknya, apabila ditinjau dan ditelaah pada keadaan dikota-kota besar, maka susunan masyarakat kota tersebut menghendaki kepemimpinan yang lain dari kepemimpinan pada masyarakat tradisional. Maka Kebijaksanaan rasionallah yang sangat diperlukan. 


5.    Tugas Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan

Tugas-tugas pokok seorang pemimpin yaitu :

1.     Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan bagi para pengikut-pengikutnya,

2.    Mengawasi dan mengendalikan serta menyalurkan perilaku warga masyarakat yang dipimpinnya, dan

3.    Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia luar kelompok yang dipimpin.

 - Macam-macam gaya kepemimpinan yaitu :


 1. Gaya kepemimpinan yang otoriter

Ciri-cirinya sebagai berikut :
a.    Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak,
b.    Pengikut sama sekali tidak dapat diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapai suatu tujuan, dan
c.    Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam proses interaksi didalam kelompok tersebut.

         2. Gaya Kepemimpinan yang demokratis

Ciri-cirinya sebagai berikut :
a.    Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga anggota kelompok untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut,
b.    Pemimpin secara aktif memberikan saran bagi para pengikutnya,
c.    Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun dari para pengikutnya,
d.    Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kelompok.

3.    Gaya Kepemimpinan yang Bebas

Ciri-cirinya sebagai berikut :
a.    Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif,
b.    Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya dan diserahkan kepada kelompok,
c.    Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan bagi para kelompoknya, dan
d.    Pemimpin berada pada ditengah-tengah kelompok, namun dia hanya beperan sebagai penonton.

Sebenarnya ketiga kategori yang diatas dapat berlangsung bersamaan, karena metode mana yang terbaik dan senantiasa tergantung pada situasi yang dihadapinya.
Cara-cara demokratis mungkin dapat diterapkan didalam suatu masyarakat yang warganya mempunyai taraf pendidikan yang cukup. Cara-cara otoriter mungkin lebih tepat untuk diterapkan didalam masyarakat yang sangat homogen, sedangkan cara-cara yang bebas mungkin lebih cocok kepada masyarakat yang relatif homogen.
Menurut saya gaya kepemimpinan yang cocok dengan saya adalah gaya kepemimpinan yang demokratis karena kepemimpinan yang dilakukan secara demokratis akan menggunakan cara musyawarah dan akan merumuskan suatu masalah dengan saran dan kritikan yang positif bagi para pengikutnya untuk mencapai suatu tujuan. Maka kepemimpinan ini sangat banyak dilakukan pada negara-negara maju khususnya Indonesia dan Amerika Serikat yang akan membawa dampak baik pada negaranya dibawah kepemimpinan secara demokratis.

Sumber :
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Penerbit Dian Rakyat,1967.
Selo Soemardjan, Pola-Pola Kepemimpinan Dalam Pemerintahan, 1967.
David Krech dan Richard S. Crutshfield, Theory and Problem of Social Psyhology, Mc Graw Hill Book Company Inc, 1948.
Soekanto Suryono, sosiologi suatu pengantar, Penerbit PT. Raja Gravindo Persada, Jakarta, 1990.
Selasa, 06 Desember 2011 5 comments

KONFLIK ORGANISASI

Konflik adalah suatu proses antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya menjadi tidak berdaya.

Konflik itu sendiri merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat maupun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggota atau antar kelompok masyarakat lainnya, konflik itu akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik yang dapat terkontrol akan menghasilkan integrasi yang baik, namun sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan suatu konflik.

Konflik menurut Robbin
konflik organisasi menurut Robbins (1996) adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh terhadap pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.

Pandangan ini dibagi menjadi 3 bagian menurut Robbin yaitu :

1.Pandangan tradisional
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik ini suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan diantara orang-orang dan kegagalan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi para karyawan tersebut.

2.Pandangan kepada hubungan manusia.
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai sesuatu peristiwa yang wajar terjadi didalam suatu kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena didalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi tersebut.

3.Pandangan interaksionis.
Pandangan ini menyatakan bahwa mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya suatu konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif dan tidak inovatif. Oleh karena itu, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat dan kreatif.

Jenis – Jenis Konflik :

Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :

1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya. Bila berbagai permintaan pekerjaan saling
bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.

2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan–perbedaan kepribadian.Konflik ini berasal dari adanya konflik antar peranan ( seperti antara manajer dan bawahan )
.

3. Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma – norma kelompok.

4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok
atau antar organisasi.

5. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga–harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.

Sumber-Sumber Utama Penyebab Konflik Organisasi

Penyebab terjadinya konflik dalam organisasi, yaitu :

1.
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan,
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula,
3. Perbedaan kepentingan individu atau kelompok,
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat, dan
5. Perbedaan pola interaksi yang satu dengan yang lainnya.

Teknik-Teknik Utama Untuk Memecahkan Konflik Organisasi

Ada beberapa cara untuk menangani konflik yaitu :
1. Introspeksi diri,

2. Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat,

3. Identifikasi sumber konflik,

Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan konflik :

a. Berkompetisi
Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-lose solution) akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.

b. Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi
tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah
menunda konflik yang terjadi. Situasi menang kalah terjadi lagi disini.
Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.

c. Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri
agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Disebut juga
sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa
kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut.

Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal
yang utama di sini yaitu :

d. Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama –sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama.
Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution).

e. Berkolaborasi
Menciptakan situasi menang-menang dengan saling bekerja sama.
Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadai hal yang harus kita pertimbangkan.

Referensi :

Munandar AS. Manajemen Konflik dalam Organisasi , Pengendalian Konflik dalam Organisasi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta, 1987

Miftah Thoha. Kepemimpinan dalam Manajemen. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.

T. Hani Handoko. Manajemen.