Pengertian Karakter
Karakter adalah tabiat atau kebiasaan.
Sedangkan menurut para ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan
dan kebiasaan yang mengarahkan pada suatu tindakan seseorang. Karena itu, jika
pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat
diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap pada kondisi tertentu.
Dilihat dari sudut pengertiannya, ternyata karakter dan akhlak tidak memilki
perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
dapat terjadi tanpa adanya suatu pemikiran karena sudah tertanam dalam pikiran.
Dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Suatu akhlak dapat menjadikan sempurnanya keimanan
seseorang, maka tidak ada lagi alasan bagi sekolah untuk menomor
duakan keseriusan dalam upaya pembentukan karakter dibandingkan keseriusan mengejar keunggulan prestasi dalam segala bidang. Bahkan yakinlah, bahwa
jika anak didik kita memiliki karakter yang baik, Insya Allah mereka pun akan
jauh lebih mudah untuk memacu dalam mengejar berbagai prestasi.
Pembentukan Karakter
Dalam pembentukan karakter pemberian
pelatihan soft kills ini bertujuan menyerasikan antara pencapaian akademik
(hard skills) yang diperoleh di perguruan tinggi dan berbagai ketrampilan agar
pada kemudian hari menjadi manusia yang memiliki kecakapan secara intelegensi
maupun emosional.
Para peneliti, dan tokoh kelas dunia pun dengan jelas ikut
menyuarakan pentingnya masalah pembentukan karakter antara lain :
Theodore Roosevelt, mantan presiden USA yang mengatakan:
“To
educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society”
“Mendidik seseorang dalam aspek
kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada
masyarakat.”
Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu dari tujuh dosa
fatal, yaitu “education
without character” (pendidikan tanpa karakter)
Beberapa hasil penelitian dan survey berikut mungkin akan membuat
dahi kita berkerut:
90% anak usia 8-16 tahun telah buka situs porno di internet.
Rata-rata anak usia 11 tahun membuka situs porno untuk pertama kalinya. Bahkan
banyak diantara mereka yang membuka situs porno di sela-sela mengerjakan
pekerjaan rumah (Ketua Umum Badan Pengurus Nasional Asosiasi Warung Internet
Indonesia, Irwin Day. 25 Juli 2008. Media Indonesia)
Herien Puspitasari (Disertasi Doktor IPB), mempublikasikan hasil
penelitiannya di Kompas Cyber Media 18/05/2006). Dalam penelitiannya yang
dilaksanakan pada tahun 2002-2003, dengan menggunakan responden sejumlah 667
siswa (550 siswa Sekolah Negeri & 117 siswa Sekolah Swasta), 540 putra dan
127 putri, semuanya berasal dari siswa kelas 2 SMA dan SMK di Bogor.
Mendapatkan hasil yang mencengangkan: Dari 667 responden tersebut, tidak kurang
10 persen para responden sudah melakukan hubungan seks bebas!
Jumlah pengguna narkoba di lingkungan pelajar SD, SMP, dan SMA
pada tahun 2006 mencapai 15.662 anak. Rinciannya, untuk tingkat SD sebanyak
1.793 anak, SMP sebanyak 3.543 anak, dan SMA sebanyak 10.326 anak. Dari data
tersebut, yang paling mencengangkan adalah peningkatan jumlah pelajar SD
pengguna narkoba. Pada tahun 2003, jumlahnya baru mencapai 949 anak, namun tiga
tahun kemudian atau tahun 2006, jumlah itu meningkat tajam menjadi 1.793 anak .
Tentunya masih banyak data dan fakta lain yang bisa kita ungkap.
Tapi data-data di atas cukup mewakili bagaimana potret anak usia sekolah di negeri
ini.
Menurut Thomas Lickona (1992), tanda-tanda kehancuran suatu bangsa
antara lain:
1. Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja
2. Ketidakjujuran yang semakin membudaya
3. Semakin rendahnya rasa tidak hormat kepada kedua orang tua,
guru dan figur pemimpin,
4. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian,
5. Penggunaan bahasa yang semakin memburuk,
6. Penurunan etos kerja,
7. Menurunnya rasa tanggung-jawab individu dan warga negara,
8. Meningginya perilaku merusak diri,
9. Semakin kaburnya pedoman terhadap nilai-nilai moral.
Sehingga proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses
pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan
kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai,
keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, nilai-nilai moral.
Pendidikan Agama sebagai pilar utama dalam proses
penyelenggaraannya. Oleh karena itu, sekolah perlu mengembangkan
prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut:
1. Menjadikan nilai-nilai agama sebagai
landasan filosofis.
2. Mengintegrasikan nilai Islami ke dalam
bangunan kurikulum.
3. Menerapkan dan mengembangkan metode
pembelajaran untuk mencapai optimalisasi proses belajar mengajar.
4. Mengedepankan nilai-nilai pendidikan dalam
membentuk karakter peserta didik.
5. Menumbuhkan iklim yang baik di dalam lingkungan sekolah:
menumbuhkan kemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan kemungkaran.
6. Melibatkan peran-serta orangtua dan masyarakat dalam mendukung
tercapainya tujuan pendidikan.
7. Mengutamakan nilai silaturrahim dalam semua interaksi antar
warga sekolah.
8. Membangun budaya rawat, resik, rapih, runut, ringkas, sehat dan
asri.
9. Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu
berorientasi pada mutu.
10. Menumbuhkan budaya profesionalisme
Nilai-nilai agama menjadi inspirasi dan sekaligus pemandu utama
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah antara lain:
1. Membentuk sikap dan kepribadian yang
kuat.
2. Memompa semangat keilmuan dan karya.
3. Membangun karakter/pribadi yang saleh
4. Membangun Sikap Peduli:
5. Membentuk pandangan yang visioner
Menurut Ratna Megawangi, Founder Indonesia Heritage Foundation,
ada tiga tahap pembentukan karakter:
MORAL KNOWING :
Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus
berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik
MORAL FEELING :
Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi
anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara
menumbuhkannya.
MORAL ACTION :
Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini
merupakan outcome
dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral
behavior
Masih menurut Indonesia Heritage Foundation, ada 9 pilar karakter
yang harus ditumbuhkan dalam diri anak:
1. Cinta pada Allah SWT, dengan segenap ciptaanNya
2. Kemandirian dan tanggung jawab
3. Kejujuran, bijaksana
4. Hormat, santun
5. Dermawan, suka menolong, gotong royong
6. Percaya diri, kreatif, bekerja keras
7. Kepemimpinan, keadilan
8. Baik hati, rendah hati
9. Toleransi, Kedamaian, kesatuan
Tips untuk menerapkan pendidikan
karakter di sekolah
Berikut adalah tips untuk sukses menerapkan pendidikan berbasis
karakter di sekolah:
- Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan kepada seluruh stake holder sekolah melalui berbagai media : buku panduan untuk orang tua (dan siswa), news untuk orang tua, pelatihan.
- Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang diyakini sekolah.
- Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut di kelas masing-masing.
- Memberikan dilema-dilema dalam mengajarkan suatu nilai, misalnya tentang kejujuran.
- Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan
- Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran
- Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah dengan anak adalah masalah besar atau masalahnya tidak selesai
Dari semua komponen sekolah, yang paling berperan mensukseskan
program pendidikan berbasis karakter di sekolah, adalah GURU. Tentunya diperlukan
Guru Berkarakter untuk menghasilkan SISWA yang Berkarakter. Meski diperlukan
kesabaran dan ketekunan, menghasilkan anak didik yang berakhlak dan berkarakter
baik tentunya sangat membahagiakan, karena menjadi penyebab seseorang
mendapatkan kebaikan itu lebih baik dari dunia dan seisinya.
Dikutip dari:
Shintawati (Staf Dept. Mutu JSIT Indonesia). Pendidikan
Berbasis Karakter.