Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS)
per Februari 2012, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 120,4 juta
orang. Dari angka tersebut, sebanyak 112,8 juta orang sudah bekerja. Maka
tidaklah heran bahwa persaingan kerja pada level lulusan di perguruan tinggi
memang sangat ketat. Bayangkan saja, setiap tahunnya di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia meluluskan sekitar 1,2 juta sarjana. Dari angka tersebut,
sekitar 600.000 orang belum mendapatkan pekerjaan. Hal inilah yang menimbulkan
istilah penggangguran. Ada beragam alasan mereka belum juga mendapatkan suatu
pekerjaan. Selain lapangan pekerjaan yang sangat terbatas, perusahaan kini
sangat selektif mencari calon karyawan. Untuk mencari suatu pekerjaan yang
sifatnya ketrampilan, perusahaan tentunya lebih suka lulusan yang siap kerja. Barangkali
hal ini yang membuat lulusan SD menjadi penyumbang terbanyak tenaga kerja. Data
BPS menyebutkan, angka pekerja dari lulusan SD mendominasi 55,5 juta orang,
sedangkan lulusan dari perguruan tinggi hanya menyumbang 7,2 juta orang.
Bahkan, lulusan dari diploma lebih minim lagi, hanya 3,1 juta orang.
Tantangan
Dari sekian banyak lulusan perguruan tinggi,
perusahaan memang jeli memilih calon yang potensial bagi perusahaannya. Mereka
yang mencari lulusan yang tak hanya mampu bekerja dengan baik, tetapi juga
membuat kinerja perusahaan lebih baik lagi. Tantangannya kini adalah bagaimana
menjadi generasi yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas
sosial. Cerdas sosial adalah cara mereka yang senantiasa memiliki orientasi
untuk memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar. Cerdas sosial juga
berarti mampu menghasilkan kreasi, karya, dan kontribusi kebaikan dalam rangka
mewujudkan lingkungan yang baik. Sejauh ini, memang banyak lulusan perguruan
tinggi yang berprestasi di bidang akademik maupun non akademik. Namun, secara
keseluruhan kualitas karakter mereka belum matang untuk menghadapi persaingan
dalam pekerjaan. Kualitas lulusan perguruan tinggi sebenarnya bisa ditingkatkan
melalui kemampuan soft kills. Secara umum, soft kills adalah suatu
ketrampilan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan
kemampuan intra dan intrapersonal. Beberapa contoh soft kills antara lain
kemampuan beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan
memecahkan masalah. Ada beberapa anggapan bahwa modal sukses di dunia kerja ada
dua. Yang pertama adalah kompetensi akademik (hard skills) yang menyumbangkan
20 persen. Sedangkan yang kedua adalah kompetensi non akademik (soft skills)
yang menyumbangkan sebanyak 80 persen. Sangat disayangkan bahwa rata-rata
pengajaran di sekolah masih sangat berfokus kepada akademik. Padahal, kemampuan
non akademik menjadi penentu sukses mereka pada masa yang akan datang. Beberapa
terobosan sudah dilakukan oleh beberapa pihak, mulai dari sekolah yang
menanamkan soft kills dalam pengajaran hingga pihak swasta, seperti Djarum
Foundation yang memberikan pelatihan khusus kepada penerima Djarum Beasiswa
Plus (Beswan Djarum). Melalui program beasiswa, mereka di berikan berbagai
pelatihan soft kills untuk membentuk karakter manusia Indonesia untuk disiplin,
mandiri, dan berwawasan masa depan serta menjadi pemimpin yang memiliki kecakapan
secara intelektual dan emosional.
Sumber : www.kompas.com
0 comments:
Posting Komentar