Jumat, 27 Juni 2014

Faktor Risiko Saraf Terjepit

Sekitar 80 persen kasus saraf terjepit pada bagian punggung dipicu akibat otot kaku. Hal ini umumnya karena seseorang kurang berolahraga tetapi mendadak melakukan aktifitas yang cukup berat. 
Meskipun terkesan sepele, saraf terjepit dapat mengganggu aktivitas keseharian. Saraf terjepit ini biasanya membatasi gerak tubuh sehingga kegiatan harian tidak optimal. Rasa nyeri yang menjalar dari pusat saraf terjepit hingga ke bagian tubuh lain juga sering menyiksa. Umumnya, saraf terjepit bisa dipicu aktifitas statis dalam waktu yang lama. Misalnya, duduk atau berdiri hingga berjam-jam tanpa perubahan posisi tubuh yang signifikan. Penyakit ini kerap menghinggapi kaum urban yang banyak menghabiskan waktu dengan bekerja di depan komputer dalam posisi duduk. Akan tetapi, anda juga perlu mencermati pemicu saraf terjepit lainnya. 

Posisi Tubuh Buruk  
Tidak hanya menyebabkan postur tubuh bungkuk, hobi membaca atau menghadapi komputer dengan membungkuk juga bisa menjadi faktor risiko saraf terjepit. Ini karena tulang-tulang pada bagian tubuh tertentu saling menekan dan mengenai saraf. Timbullah rasa nyeri pada bagian pinggang atau punggung. Agar hal ini tidak terjadi, sebaiknya duduk dengan tegak. 

Komplikasi Penyakit 
Saraf terjepit juga bisa dipicu oleh komplikasi penyakit tertentu. Misalnya tuberkolosis atau TBC (TB) dan kanker atau tumor. Penyebaran sel kanker tertentu atau virus TBC dapat membuat tulang menjadi lebih rapuh sehingga rentan terjadi saraf terjepit. Pencegahan risiko saraf terjepit tentunya adalah menangani kanker atau TBC terlebih dulu. Bila seseorang telah mengalami TBC atau kanker yang menyerang tulang, ada baiknya ia memantau kondisi kesehatan secara rutin untuk mencegah risiko saraf terjepit. 

Osteoporosis 
Osteoporosis atau pengeroposan tulang dapat memicu saraf terjepit. Hal ini banyak dialami para lansia dan kaum perempuan. Secara umum, kaum perempuan memang lebih rawan terserang osteoporosis. Pada kaum lanjut usia, saraf terjepit karena bantalan penyambung dua tulang menjadi semakin tipis sehingga antartulang bisa saling menekan. Untuk itu, asupan kalsium dari berbagai jenis makanan dan minuman diperlukan. 

sumber : www.kompas.com


Share on :
Show comments
Hide comments

1 comments:

hilda permatasari mengatakan...

Terimakasih artikel nya . . .

ST3Telkom

Posting Komentar

Sekitar 80 persen kasus saraf terjepit pada bagian punggung dipicu akibat otot kaku. Hal ini umumnya karena seseorang kurang berolahraga tetapi mendadak melakukan aktifitas yang cukup berat. 
Meskipun terkesan sepele, saraf terjepit dapat mengganggu aktivitas keseharian. Saraf terjepit ini biasanya membatasi gerak tubuh sehingga kegiatan harian tidak optimal. Rasa nyeri yang menjalar dari pusat saraf terjepit hingga ke bagian tubuh lain juga sering menyiksa. Umumnya, saraf terjepit bisa dipicu aktifitas statis dalam waktu yang lama. Misalnya, duduk atau berdiri hingga berjam-jam tanpa perubahan posisi tubuh yang signifikan. Penyakit ini kerap menghinggapi kaum urban yang banyak menghabiskan waktu dengan bekerja di depan komputer dalam posisi duduk. Akan tetapi, anda juga perlu mencermati pemicu saraf terjepit lainnya. 

Posisi Tubuh Buruk  
Tidak hanya menyebabkan postur tubuh bungkuk, hobi membaca atau menghadapi komputer dengan membungkuk juga bisa menjadi faktor risiko saraf terjepit. Ini karena tulang-tulang pada bagian tubuh tertentu saling menekan dan mengenai saraf. Timbullah rasa nyeri pada bagian pinggang atau punggung. Agar hal ini tidak terjadi, sebaiknya duduk dengan tegak. 

Komplikasi Penyakit 
Saraf terjepit juga bisa dipicu oleh komplikasi penyakit tertentu. Misalnya tuberkolosis atau TBC (TB) dan kanker atau tumor. Penyebaran sel kanker tertentu atau virus TBC dapat membuat tulang menjadi lebih rapuh sehingga rentan terjadi saraf terjepit. Pencegahan risiko saraf terjepit tentunya adalah menangani kanker atau TBC terlebih dulu. Bila seseorang telah mengalami TBC atau kanker yang menyerang tulang, ada baiknya ia memantau kondisi kesehatan secara rutin untuk mencegah risiko saraf terjepit. 

Osteoporosis 
Osteoporosis atau pengeroposan tulang dapat memicu saraf terjepit. Hal ini banyak dialami para lansia dan kaum perempuan. Secara umum, kaum perempuan memang lebih rawan terserang osteoporosis. Pada kaum lanjut usia, saraf terjepit karena bantalan penyambung dua tulang menjadi semakin tipis sehingga antartulang bisa saling menekan. Untuk itu, asupan kalsium dari berbagai jenis makanan dan minuman diperlukan. 

sumber : www.kompas.com


Sekitar 80 persen kasus saraf terjepit pada bagian punggung dipicu akibat otot kaku. Hal ini umumnya karena seseorang kurang berolahraga tetapi mendadak melakukan aktifitas yang cukup berat. 
Meskipun terkesan sepele, saraf terjepit dapat mengganggu aktivitas keseharian. Saraf terjepit ini biasanya membatasi gerak tubuh sehingga kegiatan harian tidak optimal. Rasa nyeri yang menjalar dari pusat saraf terjepit hingga ke bagian tubuh lain juga sering menyiksa. Umumnya, saraf terjepit bisa dipicu aktifitas statis dalam waktu yang lama. Misalnya, duduk atau berdiri hingga berjam-jam tanpa perubahan posisi tubuh yang signifikan. Penyakit ini kerap menghinggapi kaum urban yang banyak menghabiskan waktu dengan bekerja di depan komputer dalam posisi duduk. Akan tetapi, anda juga perlu mencermati pemicu saraf terjepit lainnya. 

Posisi Tubuh Buruk  
Tidak hanya menyebabkan postur tubuh bungkuk, hobi membaca atau menghadapi komputer dengan membungkuk juga bisa menjadi faktor risiko saraf terjepit. Ini karena tulang-tulang pada bagian tubuh tertentu saling menekan dan mengenai saraf. Timbullah rasa nyeri pada bagian pinggang atau punggung. Agar hal ini tidak terjadi, sebaiknya duduk dengan tegak. 

Komplikasi Penyakit 
Saraf terjepit juga bisa dipicu oleh komplikasi penyakit tertentu. Misalnya tuberkolosis atau TBC (TB) dan kanker atau tumor. Penyebaran sel kanker tertentu atau virus TBC dapat membuat tulang menjadi lebih rapuh sehingga rentan terjadi saraf terjepit. Pencegahan risiko saraf terjepit tentunya adalah menangani kanker atau TBC terlebih dulu. Bila seseorang telah mengalami TBC atau kanker yang menyerang tulang, ada baiknya ia memantau kondisi kesehatan secara rutin untuk mencegah risiko saraf terjepit. 

Osteoporosis 
Osteoporosis atau pengeroposan tulang dapat memicu saraf terjepit. Hal ini banyak dialami para lansia dan kaum perempuan. Secara umum, kaum perempuan memang lebih rawan terserang osteoporosis. Pada kaum lanjut usia, saraf terjepit karena bantalan penyambung dua tulang menjadi semakin tipis sehingga antartulang bisa saling menekan. Untuk itu, asupan kalsium dari berbagai jenis makanan dan minuman diperlukan. 

sumber : www.kompas.com


Sekitar 80 persen kasus saraf terjepit pada bagian punggung dipicu akibat otot kaku. Hal ini umumnya karena seseorang kurang berolahraga tetapi mendadak melakukan aktifitas yang cukup berat. 
Meskipun terkesan sepele, saraf terjepit dapat mengganggu aktivitas keseharian. Saraf terjepit ini biasanya membatasi gerak tubuh sehingga kegiatan harian tidak optimal. Rasa nyeri yang menjalar dari pusat saraf terjepit hingga ke bagian tubuh lain juga sering menyiksa. Umumnya, saraf terjepit bisa dipicu aktifitas statis dalam waktu yang lama. Misalnya, duduk atau berdiri hingga berjam-jam tanpa perubahan posisi tubuh yang signifikan. Penyakit ini kerap menghinggapi kaum urban yang banyak menghabiskan waktu dengan bekerja di depan komputer dalam posisi duduk. Akan tetapi, anda juga perlu mencermati pemicu saraf terjepit lainnya. 

Posisi Tubuh Buruk  
Tidak hanya menyebabkan postur tubuh bungkuk, hobi membaca atau menghadapi komputer dengan membungkuk juga bisa menjadi faktor risiko saraf terjepit. Ini karena tulang-tulang pada bagian tubuh tertentu saling menekan dan mengenai saraf. Timbullah rasa nyeri pada bagian pinggang atau punggung. Agar hal ini tidak terjadi, sebaiknya duduk dengan tegak. 

Komplikasi Penyakit 
Saraf terjepit juga bisa dipicu oleh komplikasi penyakit tertentu. Misalnya tuberkolosis atau TBC (TB) dan kanker atau tumor. Penyebaran sel kanker tertentu atau virus TBC dapat membuat tulang menjadi lebih rapuh sehingga rentan terjadi saraf terjepit. Pencegahan risiko saraf terjepit tentunya adalah menangani kanker atau TBC terlebih dulu. Bila seseorang telah mengalami TBC atau kanker yang menyerang tulang, ada baiknya ia memantau kondisi kesehatan secara rutin untuk mencegah risiko saraf terjepit. 

Osteoporosis 
Osteoporosis atau pengeroposan tulang dapat memicu saraf terjepit. Hal ini banyak dialami para lansia dan kaum perempuan. Secara umum, kaum perempuan memang lebih rawan terserang osteoporosis. Pada kaum lanjut usia, saraf terjepit karena bantalan penyambung dua tulang menjadi semakin tipis sehingga antartulang bisa saling menekan. Untuk itu, asupan kalsium dari berbagai jenis makanan dan minuman diperlukan. 

sumber : www.kompas.com