Kamis, 04 Juli 2013 0 comments

Blsm : Demi Rakyat Atau Demi Partai Politik (Bi Ss 2013)

BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) adalah program kompensasi kenaikan harga BBM bagi rakyat miskin. Berbagai kritik dilontarkan terkait dengan ini. Kritik yang sering muncul adalah saratnya kepentingan politik dibalik pembagian BLSM ini, dan juga ketika BLSM dilaksanakan, bagaimana salah sasaran, ketidak-merataan, dan berdesak-desakannya masyarakat antri BLSM ini.
Kalau kita melihat dari sisi rakyat miskin, BLSM dan juga dalam hal ini KJS (Kartu Jakarta Sehat), apapun itu motif dibaliknya, adalah bermanfaat. Jika ada yang memberikan semacam stigmatisasi bahwa pemberian BLSM akan membuat rakyat semakin malas ini adalah semacam menggeser permasalahan. Bukan (terutama) karena rakyat malas mereka menjadi miskin, tetapi karena hidup bersama inilah yang dikelola tidak efisien. Siapa yang mengelola hidup bersama dalam negara? Pemerintahlah dalam hal ini seakan membiarkan bagaimana kekayaan alam Indonesia ini lebih banyak dinikmati oleh sekelompok kecil saja. Bagaimana pajak-pajak tidak dikelola secara efisien menunjuk betapa besarnya kebocoran pajak dalam hal ini. Juga bagaimana mafia-mafia tetap kokoh mencengkeram NKRI ini, dari mafia BBM, mafia kayu, mafia beras, mafia kedelai, dan seterusnya. Juga dipelabuhan-pelabuhan. Atau proyek-proyek yang dikelola secara ugal-ugalan, kasus Nazaruddin, mantan bendahara Partai Demokrat, bisa menunjukkan hal itu, misalnya.
Atau lihatlah, pemerintah lebih memilih, melalui direksi PT KAI, memasang AC di kereta ekonomi dengan akibat naiknya harga tiket lebih dari 100 persen. Kereta api ekonomi Tawang Jaya jurusan Semarang-Jakarta, terakhir saya naik sebelum dipasang AC tarifnya adalah Rp 36.000. Perbaikan-perbaikan seperti menghilangkan karcis berdiri sebenarnya sudah sangat memberikan tambahan kenyamanan. Setelah diberi AC, harga karcis menjadi dalam rentang Rp 80.000 – Rp 200.000. Tidak ada makan gratis, begitu mungkin yang ada di kepala direksi PT KAI itu. Tapi cobalah lihat -jika ada CCTV yang merekam, bagaimana rata-rata ‘penampilan’ penumpang saat ketika kereta yang paling murah itu bertiket Rp 36.000 dan sekarang menjadi Rp 80.000, paling murah. Jika ada yang mengatakan, naik kereta api yang paling murah pun tidak mampu, maka ia miskin, siapa yang membuat miskin dalam konteks KA Tawang Jaya ini? Bukankah kita punya PT INKA yang mampu membuat gerbong-gerbong baru, tanpa AC, demi terjangkaunya modus transportasi massal bagi rakyat miskin? Yang berpenampilan ‘sangat sederhana’ ketika naik Tawang Jaya itu pun bukannya gratis, dia mau kok keluar uang Rp 36.000. Tetapi jelas ia harus berhitung ulang ketika harga naik menjadi paling murah Rp 80.000, apapun ‘kemewahan’ yang ditawarkan PT KAI dengan harga tersebut.
Kembali ke BLSM, apapun itu, sekali lagi, bagi rakyat miskin adalah sangat berarti memperoleh Rp 300.000 tunai, apalagi dia akan merasakan terima rutin selama kurun waktu tertentu, layaknya orang gajian. Yang patut kita kritik adalah, memang mengapa kenaikan harga BBM yang kemudian diikuti dengan BLSM ini dilaksanakan dengan kebetulan pembagian BLSM dekat dengan pemilu? Padahal banyak analisa, dan juga isu kenaikan harga BBM ini sudah jauh-jauh hari muncul. Juga permasalahan di lapangan yang muncul saat pembagian BLSM. Bagaimana pendataannya? Ada kesan tergesa-gesa dalam hal ini, dan ini semakin meyakinkan orang bahwa pertimbangan politik praktis menjelang pemilu 2014 lah yang memaksa ketergesa-gesa-an ini seakan dipaksakan. Semacam mengejar setoran saja. Melupakan ‘biaya sosial” (social cost) yang mungkin muncul akibat ekses karenangebetnya ‘mengejar setoran’ itu.
Maka, yang menjadi masalah adalah, bukan pada yang miskin penerima BLSM, tetapi biaya sosial akibat salah sasaran, pendataan yang tidak akurat, keberdesak-desakannya dalam antrian yang cenderung nampak tidak ‘memanusiakan’ itu. Dan pendataan, salah sasaran, dan seterusnya, itu bukanlah  domain  rakyat miskin penerima BLSM. Itu adalah domain pemerintah! Sebuah masalah yang sebenarnya berulang dan berulang. Dan kita sepertinya tidak pernah belajar dengan baik soal itu. Kenapa? Jangan-jangan mungkin karena concern-nya memang lebih pada keuntungan politik praktis, khususnya terkait dengan pemilihan umum, bukan pada masalah yang miskin. Sedikit banyak, permasalahan KJS beberapa waktu lalu agak mirip dengan permasalahan BLSM. Bedanya adalah, BLSM tidak bisa menunjuk dokter dan rumah sakit sebagai salah satu biang permasalahan. Benarkah mereka, dokter dan rumah sakit, pangkal permasalahan KJS? Sebaiknya kita mawas diri bersama dalam hal ini.


0 comments

Baterai ini Bisa Dilipat dan Direnggangkan (BI SS 2013)

Perkembangan teknologi tentunya akan menghadirkan tantangan tersendiri dalam sebuah industri. Guna menjawab tantangan tersebut, dua orang peneliti, John Rogers dan Yonggang Huang, mengembangkan jenis baterai Lithium Ion yang dapat dilipat serta direnggangkan.

Dengan membawa dua kemampuan yang terbilang baru, baterai ini memiliki kelebihan untuk digunakan dalam situasi di mana baterai konvensional tak mampu bekerja secara maksimal. Baterai yang diklaim dapat di isi ulang untuk penggunaan dengan jangka waktu sekira 8 jam, akan dibekali juga dengan pilihan kemampuan pengisian nirkabel.

Baterai ini tetap akan bekerja dan tak akan kehilangan fungsinya meski diregangkan, diputar, bahkan dilipat sekalipun. Para peneliti mengklaim bahwa, baterai ini mampu ditarik hingga mencapai 300 persen dari ukuran standar, tanpa mempengaruhi kinerja baterai sama sekali.

Menggunakan material
low modulus silicone elastomers sebagai substrat, kedua peneliti mampu menghasilkan desain yang difokuskan oleh bahan aktif, serta ukuran yang terbilang tipis. Hal ini sedikit menjelaskan bahwa desain tersebut mampu menghasilkan interkoneksi diantara bahan aktif.

Dikutip dari 
Slashgear, Jumat (1/3/2013), akan sulit membayangkan bagaimana teknologi ini diaplikasikan pada perangkat smartphone. Dengan tingkat perkembangan teknologi yang terbilang cepat, bukan tidak mungkin beberapa tahun mendatang akan hadir ponsel pintar yang memiliki desain elastis secara keseluruhan. 



0 comments

Baterai Graphene ( BI SS 2013)

Graphene adalah material eksotis berikutnya yang ditemukan oleh ilmuwan yang memiliki karakteristik sangat menarik. Ketebalannya hanya 1 atom dan, seperti berlian, hanya tersusun dari unsur karbon (C) namun membentuk pola segi enam dalam 2 dimensi.
     Pada awalnya, seorang Profesor di Universitas Manchester Inggris bernama Prof. Andre Geim, seorang keturunan Yahudi dan German yang lahir di Rusia, berpikir untuk memecahkan masalah ketidakstabilan Graphene di alam bebas agar bisa dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan. Waktu itu tahun 2002. Kemudian bergabung bersamanya seorang mahasiswa Phd yang juga keturunan Rusia yang telah lama menjadi warga negara Inggris bernama Kostya Novoselov untuk melakukan riset intensif. Seorang ilmuwan kelahiran 1974 dan masuk dalam daftar 35 orang dibawah 35 tahun yang inovatif terbitan MIT pada tahun 2008.
Pada tahap awal riset, mereka berdua menempuh pendekatan untuk memoles bongkahan graphite (bahan yang sehari-hari kita temukan pada ujung pensil biasa) menjadi irisan setipis mungkin. Lalu hasil irisan tersebut dipoles lagi, pada arah yang tepat, sampai dihasilkan lapisan setebal 1 nanometer. Riset yang panjang dan melelahkan, namun kualitas graphene yang diperoleh tidak mencapai target yang diinginkan. Irisan tersebut tidak stabil dan lapisan graphene setebal 1 atom ditemukan dalam populasi yang sangat sedikit.
Akhirnya sebuah informasi aneh didapatkan dari seorang kolega senior Novoselov bernama Oleg Shklyarevskii yang awalnya ditemukan secara tidak sengaja. Oleg Shklyarevskii mengatakan bahwa sebuah isolasi biasa yang ditempelkan pada permukaan graphite kemudian dikelupas dan dibersihkan mampu menghasilkan lapisan graphene yang lebih tipis dari 1 nanometer.
Terdorong oleh gagasan tersebut, pendekatan baru ditempuh: dari memoles, dibalik menjadi mengupas graphite. Dan pada tahun 2003, akhirnya Novoselov berhasil memperoleh lapisan graphene setebal 1 atom carbon yakni 1/10 nanometer dan temuan ini dipublikasikan pada tahun 2004. 
Perlombaan untuk memanfaatkan potensi graphene, sebuah variasi molekul karbon yang lebih keras daripada berlian, namun sangat fleksibel, dan merupakan konduktor terbaik di dunia listrik sedang dimulai.
Mereka berdua akhirnya dianugerahi hadiah nobel pada tahun 2010. Bahkan memperoleh gelar Sir dari ratu Inggris. Saat ini Novoselov telah menjadi seorang Profesor dan memimpin Institut Graphene, sebuah institusi  yang digerojok dana 500 Milyar untuk mendalami pemanfaatan graphene, bentukan pemerintah Inggris.

Ketika lembar graphene tersebut diuji semua karakteristik fisika dan kimianya ditemukan:
1. Graphene lebih kuat dari pada berlian. Ketika direndam di dalam cairan yang bisa menghancurkan berlian, graphene tetap bertahan.
2. Elektron mengalir dengan sangat baik, bahkan lebih baik daripada kabel biasa. Kecepatan aliran listrik di dalam graphene hampir secepat cahaya yang mengalir dalam serat fiberoptik.
3. Graphene sangat tipis, hanya berukuran 1 atom namun rantainya lebih kuat dari material lain yang berukuran jauh lebih tebal.
4. Graphene berbentuk lembaran seperti layaknya lembaran karet.

Berikut ini aplikasi pemanfaatan graphene: 
a. Layar sentuh yang tidak bisa robek untuk ponsel yang bisa ditekuk seperti tali jam di pergelangan tangan anda, 
b. sebuah revolusi dalam diagnosa medis, pemberian obat dan perangkat bionik, 
c. lapisan pelindung untuk segala sesuatu mulai dari kemasan makanan maupun untuk turbin angin, 
d. sebuah penyaring air segar  melalui membran desalinasi yang bahkan mampu menyaring  limbah radioaktif, 
e. chip komputer yang secara dramatis lebih cepat dan tentu saja broadband, 
f. panel surya yang bisa dicat atau cukup disemprotkan ke permukaan apapun, dan 
g. penemuan terakhir mengenai baterai revolusioner dengan kapasitas jauh lebih tinggi daripada yang kita gunakan saat ini namun dengan waktu charge yang sangat singkat 
- ini hanya beberapa dari revolusi graphene yang sedang dimulai oleh para peneliti di seluruh dunia.

Graphene telah menarik banyak investasi jutaan dollar untuk pengembangannya. Tak terkecuali bidang baterai. Baterai Graphene sebenarnya adalah sebuah kapasitor, atau lebih tepatnya ultra kapasitor. Jadi tidak terjadi reaksi kimia apapun selama pengoperasiannya. Electron hanya dimampatkan saja di dalamnya. Dan karena terbuat dari bahan yang sama dengan pensil, maka tidak berbahaya bagi lingkungan.
Lalu waktu pengisiannya yang cepat telah menarik perhatian dunia. Untuk ukuran fisik sebesar baterai hape masa kini, baterai Graphene cukup dicharge pada voltase 4-5 volt selama 80 detik untuk penuh. 1 menit lebih 20 detik sudah penuh! Luar biasa bukan ? Namun nampaknya, masih membutuhkan waktu 5-10 tahun lagi untuk melihat baterai graphene ini tersedia di pasar, karena kapasitas penyimpanannya yang dicapai masih 20% untuk saat ini.




0 comments

E-Book Vs Minat Baca Di Indonesia (Bi Ss 2013)

Dengan kehadiran berbagai aplikasi, membaca e-book menjadi kian mudah. Anda tidak perlu repot membeli buku dalam bentuk cetak dan menyimpannya hingga bertumpuk. Anda hanya perlu mengunduh kemudian menyimpan e-book dalam gadget. Kapan saja dan dimana saja, e-book yang telah diunduh dapat dibaca. Selain itu, harga e-book buku impor lebih murah dari pada buku cetak impor.
Maraknya e-book ini diharapkan mampu mendongkrak minat baca di Indonesia yang masih tergolong rendah. Sebagai gambaran, United Nations Development Programme menyatakan bahwa minat baca di Indonesia berada di peringkat ke-96 dari seluruh negara di dunia. Pernyataan ini berbasis riset pada tahun 2008-2009.
Di Asia Tenggara, minat baca di Indonesia juga terbilang jauh tertinggal jauh karena termasuk tiga besar dari belakang setelah Laos dan Kamboja. Keterbacaan surat kabar di Indonesia adalah 1 : 45 atau satu koran dibaca 45 orang. Padahal di Filipina perbandingan 1 : 30.
Namun, berhasilkah e-book meningkatkan minat baca? Jika ingin berhasil, sejumlah penghambat harus disingkirkan. Yang pertama, masalah kebiasaan. Padahal, banyak jenis buku yang dapat dinikmati setiap pembaca. Namun, masih banyak masyarakat yang berpendapat membaca adalah aktifitas yang memberatkan. Sayangnya, pemahaman masyarakat masih kurang akan hal itu.
Yang kedua, daya beli masyarakat yang rendah. Jika pada masyarakat perkotaan dengan mudahnya mendapatkan gadget yang menunjang e-book yang didukung koneksi internet, berbeda dengan masyarakat daerah pelosok yang bahkan belum tersentuh dengan kemajuan teknologi.
Yang ketiga, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang kebanyakan nyaman dengan budaya visual (menonton). Tayangan televisi dirasa lebih nikmat dibandingkan dengan buku meskipun e-book juga tersedia dalam tambahan format suara dan gambar. Kecenderungan masyarakat Indonesia bisa jadi lebih memilih bermain game jika ada gadget ditangan atau lebih banyak mengakses media sosial dibandingkan mengakses e-book. Fenomena inilah yang terjadi selama ini. Bagaimana cara e-book dapat lebih efektif meningkatkan minat baca?

Sumber : www.kompas.com


                                                                  
1 comments

Bank Sampah : Bank Yang Mengerti Lingkungan (BI SS 2013)

Bank sampah binaan Corporate Social Responsibility PT PLN (Persero) telah beroperasi sejak tahun 2011. Bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, Bank Sampah mampu merubah perilaku masyarakat melalui pemberian pemahaman baru dalam pemanfaatan sampah. Masyarakat diajarakan bagaimana cara memilah sampah, untuk kemudian dikumpulkan dan disetor ke Bank Sampah yang nantinya akan dikonversi menjadi tabungan masyarakat. 
Dengan dukungan oleh struktur sumber daya yang baik dan bekerja untuk kepentingan sosial, saat ini Bank Sampah binaan PT PLN (Persero) telah memliki lebih dari 28.000 nasabah dan mampu mengumpulkan sampah 3.500 kilogram perhari dengan nilai pendapatan 196.000.000 rupiah perbulan. Menjadi lokasi studi banding oleh negara-negara ASEAN dan beberapa negara Asia lainnya, Bank Sampah telah menjadi suatu gerakan sadar kebersihan untuk menciptakan lingkungan bersih dan nyaman bagi masyarakat. 

Layanan Bank Sampah : 

1.   Tabungan Sampah
2.   Pemberian Kredit/modal
3.   Bayar listrik dengan sampah
4.   Pelatihan dan Pembimbingan sistem pengembangan Bank Sampah
5.   Lokasi lebih dari 400 titik 

Syarat Nasabah Bank Sampah :
1.   Mengisi Form Pendaftaran
2.   Menyetorkan sejumlah sampah
3.   Membawa buku tabungan saat bertransaksi
4.   Memiliki itikad baik untuk membersihkan lingkungan

Sumber : www.kompas.com