Kamis, 04 Juli 2013

Kenaikan Harga Bbm Dan Daya Beli Masyarakat (Bi Ss 2013)

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan beberapa data makro ekonomi Indonesia dalam sebulan terakhir. Meskipun Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi. Bulan Mei kemarin, pergerakan ekonomi global yang kurang stabil telah membuat ekonomi Indonesia mengalami guncangan. Hal tersebut, ditandai dengan bergerak liarnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan terkoreksinya pasar saham.
"Angka inflasi pada bulan Juni, diperkirakan bisa melebihi 1 persen secara month-on-month (mom) dari deflasi 0,03 persen pada Mei lalu. "Tekanan inflasi bisa cukup tinggi karena sudah mendekati musim inflasi menjelang bulan puasa, ditambah ekspektasi inflasi sejak awal Juni mengantisipasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, dan karena pelemahan rupiah yang menuju level Rp9.000-Rp10.000 per USD sepanjang Juni lalu.
Menurutnya, pengalaman kenaikan harga BBM subsidi sebesar 33 persen pada Maret 2005, membuat inflasi Maret melesat ke 1,91 persen secara mom dari deflasi 0,17 persen pada Februari atau naik sebesar 2,08 persen mom akibat kenaikan harga BBM tersebut. 
"Sementara itu tekanan inflasi Juni 2013 ini lebih besar dibandingkan tekanan inflasi pada pengalaman kenaikan harga BBM 23 Maret 2005. Namun, Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, puncak inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan akan terjadi pada pertengahan Juli ini. Kenaikan BBM tersebut akan sangat terasa pada bulan pertama sejak diberlakukan kenaikan pada 22 Juni 2013 lalu.
Dari hasil pengamatan sejumlah pedagang di pasar tradisional mengeluhkan turunnya penjualan akibat melemahnya daya beli masyarakat terhadap beberapa barang komoditas. Di sisi lain, mereka juga semakin sulit karena waktu untuk menjual sejumlah komoditas menjadi lebih lama dan untuk menjaga kualitas komoditas mesti mengeluarkan biaya lebih. Contohnya untuk komoditas daging ayam, beberapa ekor ayam yang tidak laku mesti dibekukan agar dapat dijual pada keesokan harinya. Bagi sejumlah pedagang, membeli es mesti mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit. Selain itu, harga dari distributor pun telah mengalami kenaikan. Penyebabnya, mereka tidak mampu mengimbangi harga komoditas dengan anggaran keuangan yang mereka miliki.
Kenaikan harga sejumlah komoditas pokok di pasar tradisional murni disebabkan kenaikan harga BBM dan tidak ada peran para pedagang yang melakukan spekulasi. “Dari sisi pasokan juga lancar – lancar saja. Akan tetapi, harganya sangat mahal.

Sumber :


Share on :
Show comments
Hide comments

0 comments:

Posting Komentar

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan beberapa data makro ekonomi Indonesia dalam sebulan terakhir. Meskipun Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi. Bulan Mei kemarin, pergerakan ekonomi global yang kurang stabil telah membuat ekonomi Indonesia mengalami guncangan. Hal tersebut, ditandai dengan bergerak liarnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan terkoreksinya pasar saham.
"Angka inflasi pada bulan Juni, diperkirakan bisa melebihi 1 persen secara month-on-month (mom) dari deflasi 0,03 persen pada Mei lalu. "Tekanan inflasi bisa cukup tinggi karena sudah mendekati musim inflasi menjelang bulan puasa, ditambah ekspektasi inflasi sejak awal Juni mengantisipasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, dan karena pelemahan rupiah yang menuju level Rp9.000-Rp10.000 per USD sepanjang Juni lalu.
Menurutnya, pengalaman kenaikan harga BBM subsidi sebesar 33 persen pada Maret 2005, membuat inflasi Maret melesat ke 1,91 persen secara mom dari deflasi 0,17 persen pada Februari atau naik sebesar 2,08 persen mom akibat kenaikan harga BBM tersebut. 
"Sementara itu tekanan inflasi Juni 2013 ini lebih besar dibandingkan tekanan inflasi pada pengalaman kenaikan harga BBM 23 Maret 2005. Namun, Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, puncak inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan akan terjadi pada pertengahan Juli ini. Kenaikan BBM tersebut akan sangat terasa pada bulan pertama sejak diberlakukan kenaikan pada 22 Juni 2013 lalu.
Dari hasil pengamatan sejumlah pedagang di pasar tradisional mengeluhkan turunnya penjualan akibat melemahnya daya beli masyarakat terhadap beberapa barang komoditas. Di sisi lain, mereka juga semakin sulit karena waktu untuk menjual sejumlah komoditas menjadi lebih lama dan untuk menjaga kualitas komoditas mesti mengeluarkan biaya lebih. Contohnya untuk komoditas daging ayam, beberapa ekor ayam yang tidak laku mesti dibekukan agar dapat dijual pada keesokan harinya. Bagi sejumlah pedagang, membeli es mesti mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit. Selain itu, harga dari distributor pun telah mengalami kenaikan. Penyebabnya, mereka tidak mampu mengimbangi harga komoditas dengan anggaran keuangan yang mereka miliki.
Kenaikan harga sejumlah komoditas pokok di pasar tradisional murni disebabkan kenaikan harga BBM dan tidak ada peran para pedagang yang melakukan spekulasi. “Dari sisi pasokan juga lancar – lancar saja. Akan tetapi, harganya sangat mahal.

Sumber :


Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan beberapa data makro ekonomi Indonesia dalam sebulan terakhir. Meskipun Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi. Bulan Mei kemarin, pergerakan ekonomi global yang kurang stabil telah membuat ekonomi Indonesia mengalami guncangan. Hal tersebut, ditandai dengan bergerak liarnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan terkoreksinya pasar saham.
"Angka inflasi pada bulan Juni, diperkirakan bisa melebihi 1 persen secara month-on-month (mom) dari deflasi 0,03 persen pada Mei lalu. "Tekanan inflasi bisa cukup tinggi karena sudah mendekati musim inflasi menjelang bulan puasa, ditambah ekspektasi inflasi sejak awal Juni mengantisipasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, dan karena pelemahan rupiah yang menuju level Rp9.000-Rp10.000 per USD sepanjang Juni lalu.
Menurutnya, pengalaman kenaikan harga BBM subsidi sebesar 33 persen pada Maret 2005, membuat inflasi Maret melesat ke 1,91 persen secara mom dari deflasi 0,17 persen pada Februari atau naik sebesar 2,08 persen mom akibat kenaikan harga BBM tersebut. 
"Sementara itu tekanan inflasi Juni 2013 ini lebih besar dibandingkan tekanan inflasi pada pengalaman kenaikan harga BBM 23 Maret 2005. Namun, Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, puncak inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan akan terjadi pada pertengahan Juli ini. Kenaikan BBM tersebut akan sangat terasa pada bulan pertama sejak diberlakukan kenaikan pada 22 Juni 2013 lalu.
Dari hasil pengamatan sejumlah pedagang di pasar tradisional mengeluhkan turunnya penjualan akibat melemahnya daya beli masyarakat terhadap beberapa barang komoditas. Di sisi lain, mereka juga semakin sulit karena waktu untuk menjual sejumlah komoditas menjadi lebih lama dan untuk menjaga kualitas komoditas mesti mengeluarkan biaya lebih. Contohnya untuk komoditas daging ayam, beberapa ekor ayam yang tidak laku mesti dibekukan agar dapat dijual pada keesokan harinya. Bagi sejumlah pedagang, membeli es mesti mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit. Selain itu, harga dari distributor pun telah mengalami kenaikan. Penyebabnya, mereka tidak mampu mengimbangi harga komoditas dengan anggaran keuangan yang mereka miliki.
Kenaikan harga sejumlah komoditas pokok di pasar tradisional murni disebabkan kenaikan harga BBM dan tidak ada peran para pedagang yang melakukan spekulasi. “Dari sisi pasokan juga lancar – lancar saja. Akan tetapi, harganya sangat mahal.

Sumber :


Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan beberapa data makro ekonomi Indonesia dalam sebulan terakhir. Meskipun Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi. Bulan Mei kemarin, pergerakan ekonomi global yang kurang stabil telah membuat ekonomi Indonesia mengalami guncangan. Hal tersebut, ditandai dengan bergerak liarnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan terkoreksinya pasar saham.
"Angka inflasi pada bulan Juni, diperkirakan bisa melebihi 1 persen secara month-on-month (mom) dari deflasi 0,03 persen pada Mei lalu. "Tekanan inflasi bisa cukup tinggi karena sudah mendekati musim inflasi menjelang bulan puasa, ditambah ekspektasi inflasi sejak awal Juni mengantisipasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, dan karena pelemahan rupiah yang menuju level Rp9.000-Rp10.000 per USD sepanjang Juni lalu.
Menurutnya, pengalaman kenaikan harga BBM subsidi sebesar 33 persen pada Maret 2005, membuat inflasi Maret melesat ke 1,91 persen secara mom dari deflasi 0,17 persen pada Februari atau naik sebesar 2,08 persen mom akibat kenaikan harga BBM tersebut. 
"Sementara itu tekanan inflasi Juni 2013 ini lebih besar dibandingkan tekanan inflasi pada pengalaman kenaikan harga BBM 23 Maret 2005. Namun, Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, puncak inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan akan terjadi pada pertengahan Juli ini. Kenaikan BBM tersebut akan sangat terasa pada bulan pertama sejak diberlakukan kenaikan pada 22 Juni 2013 lalu.
Dari hasil pengamatan sejumlah pedagang di pasar tradisional mengeluhkan turunnya penjualan akibat melemahnya daya beli masyarakat terhadap beberapa barang komoditas. Di sisi lain, mereka juga semakin sulit karena waktu untuk menjual sejumlah komoditas menjadi lebih lama dan untuk menjaga kualitas komoditas mesti mengeluarkan biaya lebih. Contohnya untuk komoditas daging ayam, beberapa ekor ayam yang tidak laku mesti dibekukan agar dapat dijual pada keesokan harinya. Bagi sejumlah pedagang, membeli es mesti mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit. Selain itu, harga dari distributor pun telah mengalami kenaikan. Penyebabnya, mereka tidak mampu mengimbangi harga komoditas dengan anggaran keuangan yang mereka miliki.
Kenaikan harga sejumlah komoditas pokok di pasar tradisional murni disebabkan kenaikan harga BBM dan tidak ada peran para pedagang yang melakukan spekulasi. “Dari sisi pasokan juga lancar – lancar saja. Akan tetapi, harganya sangat mahal.

Sumber :