Kamis, 04 Juli 2013

Mengenal Jenis “ Social Commerce” (Bi Ss 2013)

Tak bisa dimungkiri, pertumbuhan dunia belanja di Indonesia semakin subur. Pasalnya, orang sudah mulai familiar dengan transaksi dagang. Berbagai promosi, yang ditawarkan oleh rekan, teman, hingga saudara melalui jejaring sosial bukanlah hal yang aneh lagi.

Beberapa jenis social commerce yang diantaranya adalah

     1.   Promosi
Produk atau barang jualan juga tidak berhenti di jejaring sosial saja, tetapi juga sudah menggunakan layanan pesan instan. Beberapa orang menggunakan layanan seperti Blackberry Messenger (BBM), Whatsapp, bahkan Line. Untuk itu, mari mengenal sejenak jenis dan pola social commerce yang ada sekarang ini, yang dirilis oleh Mashable.

     2.   “Peer to peer sales platforms”
Transaksi ini terjadi di level komunitas. Sebut saja seperti Ebay, Etsy, dan Amazon Marketplace. Calon pembeli bisa langsung melihat sendiri dan mengetahui spesifikasi produk yang ingin dibeli dengan mengunjungi situs web belanja. Pembeli dapat langsung bisa melakukan transaksi di situs web itu sendiri.

    3.   “Social network-driven sales”
Penjualan dengan kategori ini terjadi karena dorongan jejaring sosial yang memang sudah sangat populer, seperti Facebook, Twitter atau Pinterest. Transaksi pun bisa terjadi di dalam jejaring itu sendiri, tetapi tidak langsung karena melalui perantara.

    4.   “Group buying”
Dalam group buying, produk dapat dijual dengan tingkat harga yang lebih murah bila ada beberapa pembeli. Misalnya adalah Groupon dan LivingSocial.

    5.   “Peer Recommendations”
Penjualan berasal dari situs web yang menunjukkan ulasan dari para pembeli sebelumnya untuk meningkatkan nilai tawar produk. Biasanya, ada imbalan akan diberikan pada orang-orang yang bersedia untuk menceritakan dan berbagi pengalaman berbelanja melalui media sosial kepada orang lain. Contohnya Amazon, Yelp, dan JustBoughtlt.

     6.    “User-Curated Shopping”
Pola berbelanja ini berasal dapat digunakan oleh pengguna untuk membuat dan berbagi dengan orang lain mengenai daftar produk dan jasa yang bisa dibeli. Sebagai contoh adalah The Fancy, Lyst serta Svpply.

     7.   “Participatory Commerce”
Penjualan ini merupakan bentuk commerce saat para konsumen terlibat secara langsung dalam proses produksi. Misalnya, crowd funding seperti Kickstarter, Threadless, dan CutOnYourBias.

     8.   “Social Shopping”
Commerce yang masuk dalam kategori ini adalah situs web yang berusaha untuk menghubungkan konsumen yang berbelanja offline melalui forum chatting untuk berbagi opini dan saran.

Sumber : www.kompas.com


Share on :
Show comments
Hide comments

1 comments:

Anonim mengatakan...

artikel yang menarik, terimakasih sudah sharing, silahkan kunjungi juga web kami:
Visit Us

Posting Komentar

Tak bisa dimungkiri, pertumbuhan dunia belanja di Indonesia semakin subur. Pasalnya, orang sudah mulai familiar dengan transaksi dagang. Berbagai promosi, yang ditawarkan oleh rekan, teman, hingga saudara melalui jejaring sosial bukanlah hal yang aneh lagi.

Beberapa jenis social commerce yang diantaranya adalah

     1.   Promosi
Produk atau barang jualan juga tidak berhenti di jejaring sosial saja, tetapi juga sudah menggunakan layanan pesan instan. Beberapa orang menggunakan layanan seperti Blackberry Messenger (BBM), Whatsapp, bahkan Line. Untuk itu, mari mengenal sejenak jenis dan pola social commerce yang ada sekarang ini, yang dirilis oleh Mashable.

     2.   “Peer to peer sales platforms”
Transaksi ini terjadi di level komunitas. Sebut saja seperti Ebay, Etsy, dan Amazon Marketplace. Calon pembeli bisa langsung melihat sendiri dan mengetahui spesifikasi produk yang ingin dibeli dengan mengunjungi situs web belanja. Pembeli dapat langsung bisa melakukan transaksi di situs web itu sendiri.

    3.   “Social network-driven sales”
Penjualan dengan kategori ini terjadi karena dorongan jejaring sosial yang memang sudah sangat populer, seperti Facebook, Twitter atau Pinterest. Transaksi pun bisa terjadi di dalam jejaring itu sendiri, tetapi tidak langsung karena melalui perantara.

    4.   “Group buying”
Dalam group buying, produk dapat dijual dengan tingkat harga yang lebih murah bila ada beberapa pembeli. Misalnya adalah Groupon dan LivingSocial.

    5.   “Peer Recommendations”
Penjualan berasal dari situs web yang menunjukkan ulasan dari para pembeli sebelumnya untuk meningkatkan nilai tawar produk. Biasanya, ada imbalan akan diberikan pada orang-orang yang bersedia untuk menceritakan dan berbagi pengalaman berbelanja melalui media sosial kepada orang lain. Contohnya Amazon, Yelp, dan JustBoughtlt.

     6.    “User-Curated Shopping”
Pola berbelanja ini berasal dapat digunakan oleh pengguna untuk membuat dan berbagi dengan orang lain mengenai daftar produk dan jasa yang bisa dibeli. Sebagai contoh adalah The Fancy, Lyst serta Svpply.

     7.   “Participatory Commerce”
Penjualan ini merupakan bentuk commerce saat para konsumen terlibat secara langsung dalam proses produksi. Misalnya, crowd funding seperti Kickstarter, Threadless, dan CutOnYourBias.

     8.   “Social Shopping”
Commerce yang masuk dalam kategori ini adalah situs web yang berusaha untuk menghubungkan konsumen yang berbelanja offline melalui forum chatting untuk berbagi opini dan saran.

Sumber : www.kompas.com


Tak bisa dimungkiri, pertumbuhan dunia belanja di Indonesia semakin subur. Pasalnya, orang sudah mulai familiar dengan transaksi dagang. Berbagai promosi, yang ditawarkan oleh rekan, teman, hingga saudara melalui jejaring sosial bukanlah hal yang aneh lagi.

Beberapa jenis social commerce yang diantaranya adalah

     1.   Promosi
Produk atau barang jualan juga tidak berhenti di jejaring sosial saja, tetapi juga sudah menggunakan layanan pesan instan. Beberapa orang menggunakan layanan seperti Blackberry Messenger (BBM), Whatsapp, bahkan Line. Untuk itu, mari mengenal sejenak jenis dan pola social commerce yang ada sekarang ini, yang dirilis oleh Mashable.

     2.   “Peer to peer sales platforms”
Transaksi ini terjadi di level komunitas. Sebut saja seperti Ebay, Etsy, dan Amazon Marketplace. Calon pembeli bisa langsung melihat sendiri dan mengetahui spesifikasi produk yang ingin dibeli dengan mengunjungi situs web belanja. Pembeli dapat langsung bisa melakukan transaksi di situs web itu sendiri.

    3.   “Social network-driven sales”
Penjualan dengan kategori ini terjadi karena dorongan jejaring sosial yang memang sudah sangat populer, seperti Facebook, Twitter atau Pinterest. Transaksi pun bisa terjadi di dalam jejaring itu sendiri, tetapi tidak langsung karena melalui perantara.

    4.   “Group buying”
Dalam group buying, produk dapat dijual dengan tingkat harga yang lebih murah bila ada beberapa pembeli. Misalnya adalah Groupon dan LivingSocial.

    5.   “Peer Recommendations”
Penjualan berasal dari situs web yang menunjukkan ulasan dari para pembeli sebelumnya untuk meningkatkan nilai tawar produk. Biasanya, ada imbalan akan diberikan pada orang-orang yang bersedia untuk menceritakan dan berbagi pengalaman berbelanja melalui media sosial kepada orang lain. Contohnya Amazon, Yelp, dan JustBoughtlt.

     6.    “User-Curated Shopping”
Pola berbelanja ini berasal dapat digunakan oleh pengguna untuk membuat dan berbagi dengan orang lain mengenai daftar produk dan jasa yang bisa dibeli. Sebagai contoh adalah The Fancy, Lyst serta Svpply.

     7.   “Participatory Commerce”
Penjualan ini merupakan bentuk commerce saat para konsumen terlibat secara langsung dalam proses produksi. Misalnya, crowd funding seperti Kickstarter, Threadless, dan CutOnYourBias.

     8.   “Social Shopping”
Commerce yang masuk dalam kategori ini adalah situs web yang berusaha untuk menghubungkan konsumen yang berbelanja offline melalui forum chatting untuk berbagi opini dan saran.

Sumber : www.kompas.com


Tak bisa dimungkiri, pertumbuhan dunia belanja di Indonesia semakin subur. Pasalnya, orang sudah mulai familiar dengan transaksi dagang. Berbagai promosi, yang ditawarkan oleh rekan, teman, hingga saudara melalui jejaring sosial bukanlah hal yang aneh lagi.

Beberapa jenis social commerce yang diantaranya adalah

     1.   Promosi
Produk atau barang jualan juga tidak berhenti di jejaring sosial saja, tetapi juga sudah menggunakan layanan pesan instan. Beberapa orang menggunakan layanan seperti Blackberry Messenger (BBM), Whatsapp, bahkan Line. Untuk itu, mari mengenal sejenak jenis dan pola social commerce yang ada sekarang ini, yang dirilis oleh Mashable.

     2.   “Peer to peer sales platforms”
Transaksi ini terjadi di level komunitas. Sebut saja seperti Ebay, Etsy, dan Amazon Marketplace. Calon pembeli bisa langsung melihat sendiri dan mengetahui spesifikasi produk yang ingin dibeli dengan mengunjungi situs web belanja. Pembeli dapat langsung bisa melakukan transaksi di situs web itu sendiri.

    3.   “Social network-driven sales”
Penjualan dengan kategori ini terjadi karena dorongan jejaring sosial yang memang sudah sangat populer, seperti Facebook, Twitter atau Pinterest. Transaksi pun bisa terjadi di dalam jejaring itu sendiri, tetapi tidak langsung karena melalui perantara.

    4.   “Group buying”
Dalam group buying, produk dapat dijual dengan tingkat harga yang lebih murah bila ada beberapa pembeli. Misalnya adalah Groupon dan LivingSocial.

    5.   “Peer Recommendations”
Penjualan berasal dari situs web yang menunjukkan ulasan dari para pembeli sebelumnya untuk meningkatkan nilai tawar produk. Biasanya, ada imbalan akan diberikan pada orang-orang yang bersedia untuk menceritakan dan berbagi pengalaman berbelanja melalui media sosial kepada orang lain. Contohnya Amazon, Yelp, dan JustBoughtlt.

     6.    “User-Curated Shopping”
Pola berbelanja ini berasal dapat digunakan oleh pengguna untuk membuat dan berbagi dengan orang lain mengenai daftar produk dan jasa yang bisa dibeli. Sebagai contoh adalah The Fancy, Lyst serta Svpply.

     7.   “Participatory Commerce”
Penjualan ini merupakan bentuk commerce saat para konsumen terlibat secara langsung dalam proses produksi. Misalnya, crowd funding seperti Kickstarter, Threadless, dan CutOnYourBias.

     8.   “Social Shopping”
Commerce yang masuk dalam kategori ini adalah situs web yang berusaha untuk menghubungkan konsumen yang berbelanja offline melalui forum chatting untuk berbagi opini dan saran.

Sumber : www.kompas.com