Selasa, 25 Desember 2012

Kontroversi Kunjungan Kerja Anggota DPR Ke Jerman (BI SS 2012)



Kontroversi kunjungan kerja para anggota DPR selalu saja mendapatkan pro dan kontra yang dinilai sebagai gambaran anggota DPR yang tak peka oleh berbagai macam kritikan. Kunjungan yang dilakukan oleh Anggota DPR ke Berlin, pada tanggal 17-23 November, beralasan untuk studi banding dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang atau RUU Keinsinyuran. Pasalnya, kunjungan yang menghabiskan uang negara sebesar 114.873 dollar AS atau sekitar Rp 1,045 miliar itu dinilai hanya menghamburkan uang rakyat. Akan tetapi, apa yang terjadi di sana?
Yang terjadi adalah para Mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam PPI di Berlin menunjukkan apa yang di kerjakan oleh rombongan Baleg yang dipimpin Sunardi Ayub dalam tayangan video yang di unggah ke YouTube pada tanggal 21 November 2012 lalu. Dalam video yang berjudul [PPI Berlin] Fakta Kunker Baleg DPR-RI ke DIN (Deutsches Institut für Nörmung) terlihat para rombongan anggota DPR berjumlah delapan orang laki-laki dan seorang perempuan tiba di kantor DIN dengan menggunakan bus, yang di dampingi oleh pihak dari KBRI, pada pukul 10.00 waktu setempat.
Kemudian pertemuan dengan DIN ini disebut salah alamat sebab DIN tidak membidangi standardisasi kompetensi profesi, tetapi standardisasi produk dan proses produk. Seharusnya rombongan anggota Baleg DPR ini berkunjung untuk studi banding dengan Lembaga Dewan Keinsinyuran, Perguruan Tinggi Teknik, Organisasi Insinyur Jerman, dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jerman. Meskipun begitu, rombongan tetap di sambut baik oleh kedua orang dari DIN. Ketika berada di dalam ruangan, pihak KBRI memberi kata pembuka kepada salah satu pihak DIN.

Namun, saat diskusi dimulai, pembahasan pertama yang dilakukan oleh para anggota DPR ini adalah mengenai bahasa yang akan digunakan dalam presentasinya, apakah menggunakan bahasa Jerman atau Inggris. Sementara itu, pihak dari DIN memberikan presentasinya dengan menggunakan bahasa Inggris agar dapat dimengerti oleh semua orang.

"Apa yang disampaikan tadi diterjemahkan ke kita, kalau kita yang bicara diterjemahkan ke bahasa Jerman,
gitu Pak?" tanya salah seorang anggota Dewan.

"Supaya
tidak bingung, apa yang disampaikan dia, sampaikan dengan bahasa Indonesia, nanti bapak saya yang berbicara, sampaikan dengan menggunakan bahasa Inggris," ujar pria yang di tunjuk menjadi seorang penerjemah. Akhirnya, pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia, yang di terjemahkan ke bahasa Inggris. Pertanyaan yang pertama dilontarkan oleh satu-satunya wanita yang ada dalam rombongan tersebut.

Selanjutnya, yang terlihat dalam tayangan di YouTube, yang aktif melakukan tanya jawab adalah penerjemah dengan perwakilan DIN. Sementara yang lainnya hanya menyimak saja. Pada menit-menit 11.28, para anggota Dewan berdasi kuning, yang duduk selang dua orang di sebelah kiri penerjemah/translator, tampak terlihat menutup mulut yang menguap dengan tangan, sambil merenggangkan badannya ke belakang.

Pukul 11.45, dua orang anggota DPR, seorang wanita dan seorang pria, tiba di kantor DIN dengan menumpang taksi. Mereka di antar oleh seorang wanita yang berambut pirang dan fasih berbahasa Jerman. Menurut sang wanita, dia baru saja menjemput keduanya dari Bandara Tegel. Kedua anggota Dewan ini terlihat membawa dua koper besar berwarna kuning dan hitam. Sambil membawa koper-koper tersebut, keduanya, kemudian memasuki ruangan yang berada di dalam kantor DIN.

Namun, pada pukul 12.10, anggota Baleg sudah keluar dari kantor DIN. Anggota Dewan yang terlambat sempat merokok dulu di depan kantor DIN, sebelum akhirnya mereka naik ke bus untuk menuju restoran yang khas dengan masakan ala Timur Tengah yang berada di sekitar Turmstrasse.

Lalu sekitar pukul 14.30, rombongan Baleg DPR keluar dari restoran menuju KBRI. Setelah itu, mereka kembali ke Hotel Holiday Inn, tempat mereka menginap. Menurut PPI Berlin, pada hari Senin itu, kegiatan Baleg DPR hanya efektif selama dua jam di DIN.
Pada keesokan harinya, Selasa pada tanggal 20/11/2012, tidak ada kegiatan yang berlangsung pada pagi harinya. Hanya ada salah satu anggota DPR yang keluar dari salah satu supermarket di Jerman. Kemudian jadwal yang sudah di tetapkan, mereka harusnya bertemu dengan Parlemen-Parlemen Jerman pada hari itu. Namun, PPI Berlin mengaku tidak bisa melacak mereka sehingga tidak bisa mengecek benar atau tidaknya mereka bertemu dengan para Parlemen Jerman. PPI juga menilai, acara pada kunker tersebut tidak dipersiapkan dengan baik. Akibatnya, polemik terus saja terjadi.
Para pelajar juga menuntut transparansi untuk setiap kunjungan kerja yang dilakukan oleh anggota DPR, berupa tujuan kunjungan kerja, biaya perjalanan, akomodasi selama kunjungan kerja, jadwal kunjungan kerja selama di luar negeri, materi-materi yang dibicarakan, dan partner kerja di tempat tujuan. Para pelajar meminta anggota DPR RI lebih baik memfokuskan masalah di tanah air, terutama dengan tugas pokok dan fungsi DPR RI yang sedang mendapat sorotan dan kritikan tajam dari berbagai pihak. Selain itu, para pelajar juga meminta para wakil rakyat tersebut menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan hal yang akan distudibandingkan dengan mengandalkan informasi serta bekerjasama dengan lembaga-lembaga lokal. Mengingat adanya perbedaan yang cukup kontras antara Indonesia dan Jerman dalam hal sistem dan tata kelola pemerintahan-kenegaraan, tata hukum, struktur sosial dan budaya.
Selain itu, mereka juga menuntut adanya publikasi hasil konkret dari kunjungan-kunjungan kerja keluar negeri yang selama ini dilakukan oleh DPR RI, terutama dalam konteks kunjungan ke Jerman pada April 2012 lalu. Para pelajar menilai, hasil kunjungan kerja Komisi I DPR RI tersebut sampai saat ini belum dipublikasikan secara resmi.


Share on :
Show comments
Hide comments

0 comments:

Posting Komentar



Kontroversi kunjungan kerja para anggota DPR selalu saja mendapatkan pro dan kontra yang dinilai sebagai gambaran anggota DPR yang tak peka oleh berbagai macam kritikan. Kunjungan yang dilakukan oleh Anggota DPR ke Berlin, pada tanggal 17-23 November, beralasan untuk studi banding dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang atau RUU Keinsinyuran. Pasalnya, kunjungan yang menghabiskan uang negara sebesar 114.873 dollar AS atau sekitar Rp 1,045 miliar itu dinilai hanya menghamburkan uang rakyat. Akan tetapi, apa yang terjadi di sana?
Yang terjadi adalah para Mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam PPI di Berlin menunjukkan apa yang di kerjakan oleh rombongan Baleg yang dipimpin Sunardi Ayub dalam tayangan video yang di unggah ke YouTube pada tanggal 21 November 2012 lalu. Dalam video yang berjudul [PPI Berlin] Fakta Kunker Baleg DPR-RI ke DIN (Deutsches Institut für Nörmung) terlihat para rombongan anggota DPR berjumlah delapan orang laki-laki dan seorang perempuan tiba di kantor DIN dengan menggunakan bus, yang di dampingi oleh pihak dari KBRI, pada pukul 10.00 waktu setempat.
Kemudian pertemuan dengan DIN ini disebut salah alamat sebab DIN tidak membidangi standardisasi kompetensi profesi, tetapi standardisasi produk dan proses produk. Seharusnya rombongan anggota Baleg DPR ini berkunjung untuk studi banding dengan Lembaga Dewan Keinsinyuran, Perguruan Tinggi Teknik, Organisasi Insinyur Jerman, dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jerman. Meskipun begitu, rombongan tetap di sambut baik oleh kedua orang dari DIN. Ketika berada di dalam ruangan, pihak KBRI memberi kata pembuka kepada salah satu pihak DIN.

Namun, saat diskusi dimulai, pembahasan pertama yang dilakukan oleh para anggota DPR ini adalah mengenai bahasa yang akan digunakan dalam presentasinya, apakah menggunakan bahasa Jerman atau Inggris. Sementara itu, pihak dari DIN memberikan presentasinya dengan menggunakan bahasa Inggris agar dapat dimengerti oleh semua orang.

"Apa yang disampaikan tadi diterjemahkan ke kita, kalau kita yang bicara diterjemahkan ke bahasa Jerman,
gitu Pak?" tanya salah seorang anggota Dewan.

"Supaya
tidak bingung, apa yang disampaikan dia, sampaikan dengan bahasa Indonesia, nanti bapak saya yang berbicara, sampaikan dengan menggunakan bahasa Inggris," ujar pria yang di tunjuk menjadi seorang penerjemah. Akhirnya, pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia, yang di terjemahkan ke bahasa Inggris. Pertanyaan yang pertama dilontarkan oleh satu-satunya wanita yang ada dalam rombongan tersebut.

Selanjutnya, yang terlihat dalam tayangan di YouTube, yang aktif melakukan tanya jawab adalah penerjemah dengan perwakilan DIN. Sementara yang lainnya hanya menyimak saja. Pada menit-menit 11.28, para anggota Dewan berdasi kuning, yang duduk selang dua orang di sebelah kiri penerjemah/translator, tampak terlihat menutup mulut yang menguap dengan tangan, sambil merenggangkan badannya ke belakang.

Pukul 11.45, dua orang anggota DPR, seorang wanita dan seorang pria, tiba di kantor DIN dengan menumpang taksi. Mereka di antar oleh seorang wanita yang berambut pirang dan fasih berbahasa Jerman. Menurut sang wanita, dia baru saja menjemput keduanya dari Bandara Tegel. Kedua anggota Dewan ini terlihat membawa dua koper besar berwarna kuning dan hitam. Sambil membawa koper-koper tersebut, keduanya, kemudian memasuki ruangan yang berada di dalam kantor DIN.

Namun, pada pukul 12.10, anggota Baleg sudah keluar dari kantor DIN. Anggota Dewan yang terlambat sempat merokok dulu di depan kantor DIN, sebelum akhirnya mereka naik ke bus untuk menuju restoran yang khas dengan masakan ala Timur Tengah yang berada di sekitar Turmstrasse.

Lalu sekitar pukul 14.30, rombongan Baleg DPR keluar dari restoran menuju KBRI. Setelah itu, mereka kembali ke Hotel Holiday Inn, tempat mereka menginap. Menurut PPI Berlin, pada hari Senin itu, kegiatan Baleg DPR hanya efektif selama dua jam di DIN.
Pada keesokan harinya, Selasa pada tanggal 20/11/2012, tidak ada kegiatan yang berlangsung pada pagi harinya. Hanya ada salah satu anggota DPR yang keluar dari salah satu supermarket di Jerman. Kemudian jadwal yang sudah di tetapkan, mereka harusnya bertemu dengan Parlemen-Parlemen Jerman pada hari itu. Namun, PPI Berlin mengaku tidak bisa melacak mereka sehingga tidak bisa mengecek benar atau tidaknya mereka bertemu dengan para Parlemen Jerman. PPI juga menilai, acara pada kunker tersebut tidak dipersiapkan dengan baik. Akibatnya, polemik terus saja terjadi.
Para pelajar juga menuntut transparansi untuk setiap kunjungan kerja yang dilakukan oleh anggota DPR, berupa tujuan kunjungan kerja, biaya perjalanan, akomodasi selama kunjungan kerja, jadwal kunjungan kerja selama di luar negeri, materi-materi yang dibicarakan, dan partner kerja di tempat tujuan. Para pelajar meminta anggota DPR RI lebih baik memfokuskan masalah di tanah air, terutama dengan tugas pokok dan fungsi DPR RI yang sedang mendapat sorotan dan kritikan tajam dari berbagai pihak. Selain itu, para pelajar juga meminta para wakil rakyat tersebut menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan hal yang akan distudibandingkan dengan mengandalkan informasi serta bekerjasama dengan lembaga-lembaga lokal. Mengingat adanya perbedaan yang cukup kontras antara Indonesia dan Jerman dalam hal sistem dan tata kelola pemerintahan-kenegaraan, tata hukum, struktur sosial dan budaya.
Selain itu, mereka juga menuntut adanya publikasi hasil konkret dari kunjungan-kunjungan kerja keluar negeri yang selama ini dilakukan oleh DPR RI, terutama dalam konteks kunjungan ke Jerman pada April 2012 lalu. Para pelajar menilai, hasil kunjungan kerja Komisi I DPR RI tersebut sampai saat ini belum dipublikasikan secara resmi.




Kontroversi kunjungan kerja para anggota DPR selalu saja mendapatkan pro dan kontra yang dinilai sebagai gambaran anggota DPR yang tak peka oleh berbagai macam kritikan. Kunjungan yang dilakukan oleh Anggota DPR ke Berlin, pada tanggal 17-23 November, beralasan untuk studi banding dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang atau RUU Keinsinyuran. Pasalnya, kunjungan yang menghabiskan uang negara sebesar 114.873 dollar AS atau sekitar Rp 1,045 miliar itu dinilai hanya menghamburkan uang rakyat. Akan tetapi, apa yang terjadi di sana?
Yang terjadi adalah para Mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam PPI di Berlin menunjukkan apa yang di kerjakan oleh rombongan Baleg yang dipimpin Sunardi Ayub dalam tayangan video yang di unggah ke YouTube pada tanggal 21 November 2012 lalu. Dalam video yang berjudul [PPI Berlin] Fakta Kunker Baleg DPR-RI ke DIN (Deutsches Institut für Nörmung) terlihat para rombongan anggota DPR berjumlah delapan orang laki-laki dan seorang perempuan tiba di kantor DIN dengan menggunakan bus, yang di dampingi oleh pihak dari KBRI, pada pukul 10.00 waktu setempat.
Kemudian pertemuan dengan DIN ini disebut salah alamat sebab DIN tidak membidangi standardisasi kompetensi profesi, tetapi standardisasi produk dan proses produk. Seharusnya rombongan anggota Baleg DPR ini berkunjung untuk studi banding dengan Lembaga Dewan Keinsinyuran, Perguruan Tinggi Teknik, Organisasi Insinyur Jerman, dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jerman. Meskipun begitu, rombongan tetap di sambut baik oleh kedua orang dari DIN. Ketika berada di dalam ruangan, pihak KBRI memberi kata pembuka kepada salah satu pihak DIN.

Namun, saat diskusi dimulai, pembahasan pertama yang dilakukan oleh para anggota DPR ini adalah mengenai bahasa yang akan digunakan dalam presentasinya, apakah menggunakan bahasa Jerman atau Inggris. Sementara itu, pihak dari DIN memberikan presentasinya dengan menggunakan bahasa Inggris agar dapat dimengerti oleh semua orang.

"Apa yang disampaikan tadi diterjemahkan ke kita, kalau kita yang bicara diterjemahkan ke bahasa Jerman,
gitu Pak?" tanya salah seorang anggota Dewan.

"Supaya
tidak bingung, apa yang disampaikan dia, sampaikan dengan bahasa Indonesia, nanti bapak saya yang berbicara, sampaikan dengan menggunakan bahasa Inggris," ujar pria yang di tunjuk menjadi seorang penerjemah. Akhirnya, pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia, yang di terjemahkan ke bahasa Inggris. Pertanyaan yang pertama dilontarkan oleh satu-satunya wanita yang ada dalam rombongan tersebut.

Selanjutnya, yang terlihat dalam tayangan di YouTube, yang aktif melakukan tanya jawab adalah penerjemah dengan perwakilan DIN. Sementara yang lainnya hanya menyimak saja. Pada menit-menit 11.28, para anggota Dewan berdasi kuning, yang duduk selang dua orang di sebelah kiri penerjemah/translator, tampak terlihat menutup mulut yang menguap dengan tangan, sambil merenggangkan badannya ke belakang.

Pukul 11.45, dua orang anggota DPR, seorang wanita dan seorang pria, tiba di kantor DIN dengan menumpang taksi. Mereka di antar oleh seorang wanita yang berambut pirang dan fasih berbahasa Jerman. Menurut sang wanita, dia baru saja menjemput keduanya dari Bandara Tegel. Kedua anggota Dewan ini terlihat membawa dua koper besar berwarna kuning dan hitam. Sambil membawa koper-koper tersebut, keduanya, kemudian memasuki ruangan yang berada di dalam kantor DIN.

Namun, pada pukul 12.10, anggota Baleg sudah keluar dari kantor DIN. Anggota Dewan yang terlambat sempat merokok dulu di depan kantor DIN, sebelum akhirnya mereka naik ke bus untuk menuju restoran yang khas dengan masakan ala Timur Tengah yang berada di sekitar Turmstrasse.

Lalu sekitar pukul 14.30, rombongan Baleg DPR keluar dari restoran menuju KBRI. Setelah itu, mereka kembali ke Hotel Holiday Inn, tempat mereka menginap. Menurut PPI Berlin, pada hari Senin itu, kegiatan Baleg DPR hanya efektif selama dua jam di DIN.
Pada keesokan harinya, Selasa pada tanggal 20/11/2012, tidak ada kegiatan yang berlangsung pada pagi harinya. Hanya ada salah satu anggota DPR yang keluar dari salah satu supermarket di Jerman. Kemudian jadwal yang sudah di tetapkan, mereka harusnya bertemu dengan Parlemen-Parlemen Jerman pada hari itu. Namun, PPI Berlin mengaku tidak bisa melacak mereka sehingga tidak bisa mengecek benar atau tidaknya mereka bertemu dengan para Parlemen Jerman. PPI juga menilai, acara pada kunker tersebut tidak dipersiapkan dengan baik. Akibatnya, polemik terus saja terjadi.
Para pelajar juga menuntut transparansi untuk setiap kunjungan kerja yang dilakukan oleh anggota DPR, berupa tujuan kunjungan kerja, biaya perjalanan, akomodasi selama kunjungan kerja, jadwal kunjungan kerja selama di luar negeri, materi-materi yang dibicarakan, dan partner kerja di tempat tujuan. Para pelajar meminta anggota DPR RI lebih baik memfokuskan masalah di tanah air, terutama dengan tugas pokok dan fungsi DPR RI yang sedang mendapat sorotan dan kritikan tajam dari berbagai pihak. Selain itu, para pelajar juga meminta para wakil rakyat tersebut menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan hal yang akan distudibandingkan dengan mengandalkan informasi serta bekerjasama dengan lembaga-lembaga lokal. Mengingat adanya perbedaan yang cukup kontras antara Indonesia dan Jerman dalam hal sistem dan tata kelola pemerintahan-kenegaraan, tata hukum, struktur sosial dan budaya.
Selain itu, mereka juga menuntut adanya publikasi hasil konkret dari kunjungan-kunjungan kerja keluar negeri yang selama ini dilakukan oleh DPR RI, terutama dalam konteks kunjungan ke Jerman pada April 2012 lalu. Para pelajar menilai, hasil kunjungan kerja Komisi I DPR RI tersebut sampai saat ini belum dipublikasikan secara resmi.




Kontroversi kunjungan kerja para anggota DPR selalu saja mendapatkan pro dan kontra yang dinilai sebagai gambaran anggota DPR yang tak peka oleh berbagai macam kritikan. Kunjungan yang dilakukan oleh Anggota DPR ke Berlin, pada tanggal 17-23 November, beralasan untuk studi banding dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang atau RUU Keinsinyuran. Pasalnya, kunjungan yang menghabiskan uang negara sebesar 114.873 dollar AS atau sekitar Rp 1,045 miliar itu dinilai hanya menghamburkan uang rakyat. Akan tetapi, apa yang terjadi di sana?
Yang terjadi adalah para Mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam PPI di Berlin menunjukkan apa yang di kerjakan oleh rombongan Baleg yang dipimpin Sunardi Ayub dalam tayangan video yang di unggah ke YouTube pada tanggal 21 November 2012 lalu. Dalam video yang berjudul [PPI Berlin] Fakta Kunker Baleg DPR-RI ke DIN (Deutsches Institut für Nörmung) terlihat para rombongan anggota DPR berjumlah delapan orang laki-laki dan seorang perempuan tiba di kantor DIN dengan menggunakan bus, yang di dampingi oleh pihak dari KBRI, pada pukul 10.00 waktu setempat.
Kemudian pertemuan dengan DIN ini disebut salah alamat sebab DIN tidak membidangi standardisasi kompetensi profesi, tetapi standardisasi produk dan proses produk. Seharusnya rombongan anggota Baleg DPR ini berkunjung untuk studi banding dengan Lembaga Dewan Keinsinyuran, Perguruan Tinggi Teknik, Organisasi Insinyur Jerman, dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jerman. Meskipun begitu, rombongan tetap di sambut baik oleh kedua orang dari DIN. Ketika berada di dalam ruangan, pihak KBRI memberi kata pembuka kepada salah satu pihak DIN.

Namun, saat diskusi dimulai, pembahasan pertama yang dilakukan oleh para anggota DPR ini adalah mengenai bahasa yang akan digunakan dalam presentasinya, apakah menggunakan bahasa Jerman atau Inggris. Sementara itu, pihak dari DIN memberikan presentasinya dengan menggunakan bahasa Inggris agar dapat dimengerti oleh semua orang.

"Apa yang disampaikan tadi diterjemahkan ke kita, kalau kita yang bicara diterjemahkan ke bahasa Jerman,
gitu Pak?" tanya salah seorang anggota Dewan.

"Supaya
tidak bingung, apa yang disampaikan dia, sampaikan dengan bahasa Indonesia, nanti bapak saya yang berbicara, sampaikan dengan menggunakan bahasa Inggris," ujar pria yang di tunjuk menjadi seorang penerjemah. Akhirnya, pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia, yang di terjemahkan ke bahasa Inggris. Pertanyaan yang pertama dilontarkan oleh satu-satunya wanita yang ada dalam rombongan tersebut.

Selanjutnya, yang terlihat dalam tayangan di YouTube, yang aktif melakukan tanya jawab adalah penerjemah dengan perwakilan DIN. Sementara yang lainnya hanya menyimak saja. Pada menit-menit 11.28, para anggota Dewan berdasi kuning, yang duduk selang dua orang di sebelah kiri penerjemah/translator, tampak terlihat menutup mulut yang menguap dengan tangan, sambil merenggangkan badannya ke belakang.

Pukul 11.45, dua orang anggota DPR, seorang wanita dan seorang pria, tiba di kantor DIN dengan menumpang taksi. Mereka di antar oleh seorang wanita yang berambut pirang dan fasih berbahasa Jerman. Menurut sang wanita, dia baru saja menjemput keduanya dari Bandara Tegel. Kedua anggota Dewan ini terlihat membawa dua koper besar berwarna kuning dan hitam. Sambil membawa koper-koper tersebut, keduanya, kemudian memasuki ruangan yang berada di dalam kantor DIN.

Namun, pada pukul 12.10, anggota Baleg sudah keluar dari kantor DIN. Anggota Dewan yang terlambat sempat merokok dulu di depan kantor DIN, sebelum akhirnya mereka naik ke bus untuk menuju restoran yang khas dengan masakan ala Timur Tengah yang berada di sekitar Turmstrasse.

Lalu sekitar pukul 14.30, rombongan Baleg DPR keluar dari restoran menuju KBRI. Setelah itu, mereka kembali ke Hotel Holiday Inn, tempat mereka menginap. Menurut PPI Berlin, pada hari Senin itu, kegiatan Baleg DPR hanya efektif selama dua jam di DIN.
Pada keesokan harinya, Selasa pada tanggal 20/11/2012, tidak ada kegiatan yang berlangsung pada pagi harinya. Hanya ada salah satu anggota DPR yang keluar dari salah satu supermarket di Jerman. Kemudian jadwal yang sudah di tetapkan, mereka harusnya bertemu dengan Parlemen-Parlemen Jerman pada hari itu. Namun, PPI Berlin mengaku tidak bisa melacak mereka sehingga tidak bisa mengecek benar atau tidaknya mereka bertemu dengan para Parlemen Jerman. PPI juga menilai, acara pada kunker tersebut tidak dipersiapkan dengan baik. Akibatnya, polemik terus saja terjadi.
Para pelajar juga menuntut transparansi untuk setiap kunjungan kerja yang dilakukan oleh anggota DPR, berupa tujuan kunjungan kerja, biaya perjalanan, akomodasi selama kunjungan kerja, jadwal kunjungan kerja selama di luar negeri, materi-materi yang dibicarakan, dan partner kerja di tempat tujuan. Para pelajar meminta anggota DPR RI lebih baik memfokuskan masalah di tanah air, terutama dengan tugas pokok dan fungsi DPR RI yang sedang mendapat sorotan dan kritikan tajam dari berbagai pihak. Selain itu, para pelajar juga meminta para wakil rakyat tersebut menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan hal yang akan distudibandingkan dengan mengandalkan informasi serta bekerjasama dengan lembaga-lembaga lokal. Mengingat adanya perbedaan yang cukup kontras antara Indonesia dan Jerman dalam hal sistem dan tata kelola pemerintahan-kenegaraan, tata hukum, struktur sosial dan budaya.
Selain itu, mereka juga menuntut adanya publikasi hasil konkret dari kunjungan-kunjungan kerja keluar negeri yang selama ini dilakukan oleh DPR RI, terutama dalam konteks kunjungan ke Jerman pada April 2012 lalu. Para pelajar menilai, hasil kunjungan kerja Komisi I DPR RI tersebut sampai saat ini belum dipublikasikan secara resmi.