Selasa, 25 Desember 2012

Kelangkaan BBM Bersubsidi (BI SS 2012)



Kelangkaan BBM bersubsidi kembali mencuat dan membuat masalah ini menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Untuk lebih jelasnya akan saya paparkan mengenai kelangkaan BBM bersubsidi yang saya tonton dari sebuah tayangan berita yaitu “Insert Investigasi” di televisi swasta. Kesimpulan yang saya dapatkan dari tayangan tersebut adalah kelangkaan BBM bersubsidi disebabkan oleh adanya penambahan jumlah kendaraan baik motor ataupun mobil dan perilaku konsumen menengah yang turut menghabiskan jatah BBM bersubsidi untuk kalangan mobil mewah mereka. Pemerintah seolah cuci tangan dan dengan mudahnya melemparkan akar permasalahannya pada pengguna BBM bersubsidi di jalan raya. Demikian juga, dengan halnya pendapat para pakar dan artis-artis yang diwawancarai semuanya seolah sudah mengikuti skenario untuk mengaminkan bahwa perilaku masyarakat pengguna kendaraan bermotorlah yang menjadi sumber utama dari krisisnya BBM bersubsidi tersebut.
Mengapa setiap kali terjadi krisis BBM bersubsidi, masyarakat pengguna BBM yang selalu dijadikan kambing hitam? Lalu mengapa maraknya kasus-kasus seperti penyelundupan puluhan juta liter minyak yang dilakukan oleh kapal-kapal tanker yang tidak pernah di munculkan sebagai “tersangka” meski jumlah yang di sinyalir bisa mencapai 70-80% dari jumlah quota BBM bersubsidi yang dikapalkan.
Sangat ironis melihat situasi yang seperti ini. Pedagang bensin eceran dengan jerigen selalu diawasi dan kalau perlu dituduh sebagai penimbunan minyak, sementara puluhan jutaan liter yang diambil oleh tanker-tanker di tengah laut tidak pernah tuntas di tangani oleh pemerintah.
Siapa orang dibalik skenario yang begitu hebatnya bisa membuat bahkan sanggup mencuci otak masyarakat dari pengguna BBM bersubsidi untuk saling menyalahkan? Sementara itu, jaringan mafia penyelundupan BBM bersubsidi yang menghabiskan sebagian besar kuota BBM bersubsidi dapat dengan mudah dan aman melakukan aksi busuknya.
Untuk kasus seperti ini apalagi diwilayah Jabodetabek sebaiknya diadakan pengecekan jumlah riil pasokan BBM ke SPBU. Apakah sudah sesuai dengan aturan dan data yang dilaporkan oleh pihak Pertamina dan Pemerintah. Pihak KPK harus segera membentuk tim khusus untuk mengadakan audit distribusi BBM yang dikirim dan dipasarkan oleh setiap SPBU di Jabodetabek dan sekitarnya. Bukankah setiap liter BBM yang keluar dari pompa SPBU memiliki data dan resumenya? Kumpulkan semua data meteran dari semua SPBU di Jabodetabek untuk mendapatkan satu angka kebutuhan BBM bersubsidi. Kemudian, bandingkanlah dengan yang laporan alokasi dan pasokan BBM yang sudah dikirim oleh pihak Pertamina dan yang dilaporkan oleh Pemerintah.  Apakah ada selisihnya dan berapa besar selisihnya dan apakah selisihnya wajar atau sudah tidak dapat masuk akal?
Audit yang serupa juga harus dilakukan terhadap jaringan distribusi BBM bersubsidi secara nasional yang dilakukan oleh pihak Pertamina selaku BUMN yang sangat bertanggung jawab untuk semua pasokan BBM di Jabodetabek dan sekiarnya. Jumlah BBM bersubsidi dari Pertamina harus dipastikan sama dengan jumlah BBM yang diterima dari setiap depo penerima yang sesuai dengan data kebutuhan BBM bersubsidi yang datanya selalu di update dari setiap pompa BBM di semua SPBU.  
Jangan biarkan BBM bersubsidi dihabiskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab akan tetapi sebagai masyarakat luas yang menggunakan kendaraan bermotor dan pengecer kecil yang selalu dijadikan terdakwanya. Sebagai media massa juga harus lebih kritis untuk melakukan segala bentuk pengawasan dan investigasi terhadap masalah ini sehingga tidak lagi mengikuti aturan skenario yang keji dan dibuat oleh pihak-pihak penguasa korup dan para calo. 
Semoga kejadian seperti ini harus segera diungkap agar kedepannya masalah BBM bersubsidi tidak membuat masyarakat khawatir dan seharusnya peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk terciptanya suatu solusi agar BBM bersubsidi masih dapat dinikmati oleh masyarakat yang kurang mampu.

Share on :
Show comments
Hide comments

0 comments:

Posting Komentar



Kelangkaan BBM bersubsidi kembali mencuat dan membuat masalah ini menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Untuk lebih jelasnya akan saya paparkan mengenai kelangkaan BBM bersubsidi yang saya tonton dari sebuah tayangan berita yaitu “Insert Investigasi” di televisi swasta. Kesimpulan yang saya dapatkan dari tayangan tersebut adalah kelangkaan BBM bersubsidi disebabkan oleh adanya penambahan jumlah kendaraan baik motor ataupun mobil dan perilaku konsumen menengah yang turut menghabiskan jatah BBM bersubsidi untuk kalangan mobil mewah mereka. Pemerintah seolah cuci tangan dan dengan mudahnya melemparkan akar permasalahannya pada pengguna BBM bersubsidi di jalan raya. Demikian juga, dengan halnya pendapat para pakar dan artis-artis yang diwawancarai semuanya seolah sudah mengikuti skenario untuk mengaminkan bahwa perilaku masyarakat pengguna kendaraan bermotorlah yang menjadi sumber utama dari krisisnya BBM bersubsidi tersebut.
Mengapa setiap kali terjadi krisis BBM bersubsidi, masyarakat pengguna BBM yang selalu dijadikan kambing hitam? Lalu mengapa maraknya kasus-kasus seperti penyelundupan puluhan juta liter minyak yang dilakukan oleh kapal-kapal tanker yang tidak pernah di munculkan sebagai “tersangka” meski jumlah yang di sinyalir bisa mencapai 70-80% dari jumlah quota BBM bersubsidi yang dikapalkan.
Sangat ironis melihat situasi yang seperti ini. Pedagang bensin eceran dengan jerigen selalu diawasi dan kalau perlu dituduh sebagai penimbunan minyak, sementara puluhan jutaan liter yang diambil oleh tanker-tanker di tengah laut tidak pernah tuntas di tangani oleh pemerintah.
Siapa orang dibalik skenario yang begitu hebatnya bisa membuat bahkan sanggup mencuci otak masyarakat dari pengguna BBM bersubsidi untuk saling menyalahkan? Sementara itu, jaringan mafia penyelundupan BBM bersubsidi yang menghabiskan sebagian besar kuota BBM bersubsidi dapat dengan mudah dan aman melakukan aksi busuknya.
Untuk kasus seperti ini apalagi diwilayah Jabodetabek sebaiknya diadakan pengecekan jumlah riil pasokan BBM ke SPBU. Apakah sudah sesuai dengan aturan dan data yang dilaporkan oleh pihak Pertamina dan Pemerintah. Pihak KPK harus segera membentuk tim khusus untuk mengadakan audit distribusi BBM yang dikirim dan dipasarkan oleh setiap SPBU di Jabodetabek dan sekitarnya. Bukankah setiap liter BBM yang keluar dari pompa SPBU memiliki data dan resumenya? Kumpulkan semua data meteran dari semua SPBU di Jabodetabek untuk mendapatkan satu angka kebutuhan BBM bersubsidi. Kemudian, bandingkanlah dengan yang laporan alokasi dan pasokan BBM yang sudah dikirim oleh pihak Pertamina dan yang dilaporkan oleh Pemerintah.  Apakah ada selisihnya dan berapa besar selisihnya dan apakah selisihnya wajar atau sudah tidak dapat masuk akal?
Audit yang serupa juga harus dilakukan terhadap jaringan distribusi BBM bersubsidi secara nasional yang dilakukan oleh pihak Pertamina selaku BUMN yang sangat bertanggung jawab untuk semua pasokan BBM di Jabodetabek dan sekiarnya. Jumlah BBM bersubsidi dari Pertamina harus dipastikan sama dengan jumlah BBM yang diterima dari setiap depo penerima yang sesuai dengan data kebutuhan BBM bersubsidi yang datanya selalu di update dari setiap pompa BBM di semua SPBU.  
Jangan biarkan BBM bersubsidi dihabiskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab akan tetapi sebagai masyarakat luas yang menggunakan kendaraan bermotor dan pengecer kecil yang selalu dijadikan terdakwanya. Sebagai media massa juga harus lebih kritis untuk melakukan segala bentuk pengawasan dan investigasi terhadap masalah ini sehingga tidak lagi mengikuti aturan skenario yang keji dan dibuat oleh pihak-pihak penguasa korup dan para calo. 
Semoga kejadian seperti ini harus segera diungkap agar kedepannya masalah BBM bersubsidi tidak membuat masyarakat khawatir dan seharusnya peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk terciptanya suatu solusi agar BBM bersubsidi masih dapat dinikmati oleh masyarakat yang kurang mampu.



Kelangkaan BBM bersubsidi kembali mencuat dan membuat masalah ini menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Untuk lebih jelasnya akan saya paparkan mengenai kelangkaan BBM bersubsidi yang saya tonton dari sebuah tayangan berita yaitu “Insert Investigasi” di televisi swasta. Kesimpulan yang saya dapatkan dari tayangan tersebut adalah kelangkaan BBM bersubsidi disebabkan oleh adanya penambahan jumlah kendaraan baik motor ataupun mobil dan perilaku konsumen menengah yang turut menghabiskan jatah BBM bersubsidi untuk kalangan mobil mewah mereka. Pemerintah seolah cuci tangan dan dengan mudahnya melemparkan akar permasalahannya pada pengguna BBM bersubsidi di jalan raya. Demikian juga, dengan halnya pendapat para pakar dan artis-artis yang diwawancarai semuanya seolah sudah mengikuti skenario untuk mengaminkan bahwa perilaku masyarakat pengguna kendaraan bermotorlah yang menjadi sumber utama dari krisisnya BBM bersubsidi tersebut.
Mengapa setiap kali terjadi krisis BBM bersubsidi, masyarakat pengguna BBM yang selalu dijadikan kambing hitam? Lalu mengapa maraknya kasus-kasus seperti penyelundupan puluhan juta liter minyak yang dilakukan oleh kapal-kapal tanker yang tidak pernah di munculkan sebagai “tersangka” meski jumlah yang di sinyalir bisa mencapai 70-80% dari jumlah quota BBM bersubsidi yang dikapalkan.
Sangat ironis melihat situasi yang seperti ini. Pedagang bensin eceran dengan jerigen selalu diawasi dan kalau perlu dituduh sebagai penimbunan minyak, sementara puluhan jutaan liter yang diambil oleh tanker-tanker di tengah laut tidak pernah tuntas di tangani oleh pemerintah.
Siapa orang dibalik skenario yang begitu hebatnya bisa membuat bahkan sanggup mencuci otak masyarakat dari pengguna BBM bersubsidi untuk saling menyalahkan? Sementara itu, jaringan mafia penyelundupan BBM bersubsidi yang menghabiskan sebagian besar kuota BBM bersubsidi dapat dengan mudah dan aman melakukan aksi busuknya.
Untuk kasus seperti ini apalagi diwilayah Jabodetabek sebaiknya diadakan pengecekan jumlah riil pasokan BBM ke SPBU. Apakah sudah sesuai dengan aturan dan data yang dilaporkan oleh pihak Pertamina dan Pemerintah. Pihak KPK harus segera membentuk tim khusus untuk mengadakan audit distribusi BBM yang dikirim dan dipasarkan oleh setiap SPBU di Jabodetabek dan sekitarnya. Bukankah setiap liter BBM yang keluar dari pompa SPBU memiliki data dan resumenya? Kumpulkan semua data meteran dari semua SPBU di Jabodetabek untuk mendapatkan satu angka kebutuhan BBM bersubsidi. Kemudian, bandingkanlah dengan yang laporan alokasi dan pasokan BBM yang sudah dikirim oleh pihak Pertamina dan yang dilaporkan oleh Pemerintah.  Apakah ada selisihnya dan berapa besar selisihnya dan apakah selisihnya wajar atau sudah tidak dapat masuk akal?
Audit yang serupa juga harus dilakukan terhadap jaringan distribusi BBM bersubsidi secara nasional yang dilakukan oleh pihak Pertamina selaku BUMN yang sangat bertanggung jawab untuk semua pasokan BBM di Jabodetabek dan sekiarnya. Jumlah BBM bersubsidi dari Pertamina harus dipastikan sama dengan jumlah BBM yang diterima dari setiap depo penerima yang sesuai dengan data kebutuhan BBM bersubsidi yang datanya selalu di update dari setiap pompa BBM di semua SPBU.  
Jangan biarkan BBM bersubsidi dihabiskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab akan tetapi sebagai masyarakat luas yang menggunakan kendaraan bermotor dan pengecer kecil yang selalu dijadikan terdakwanya. Sebagai media massa juga harus lebih kritis untuk melakukan segala bentuk pengawasan dan investigasi terhadap masalah ini sehingga tidak lagi mengikuti aturan skenario yang keji dan dibuat oleh pihak-pihak penguasa korup dan para calo. 
Semoga kejadian seperti ini harus segera diungkap agar kedepannya masalah BBM bersubsidi tidak membuat masyarakat khawatir dan seharusnya peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk terciptanya suatu solusi agar BBM bersubsidi masih dapat dinikmati oleh masyarakat yang kurang mampu.



Kelangkaan BBM bersubsidi kembali mencuat dan membuat masalah ini menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Untuk lebih jelasnya akan saya paparkan mengenai kelangkaan BBM bersubsidi yang saya tonton dari sebuah tayangan berita yaitu “Insert Investigasi” di televisi swasta. Kesimpulan yang saya dapatkan dari tayangan tersebut adalah kelangkaan BBM bersubsidi disebabkan oleh adanya penambahan jumlah kendaraan baik motor ataupun mobil dan perilaku konsumen menengah yang turut menghabiskan jatah BBM bersubsidi untuk kalangan mobil mewah mereka. Pemerintah seolah cuci tangan dan dengan mudahnya melemparkan akar permasalahannya pada pengguna BBM bersubsidi di jalan raya. Demikian juga, dengan halnya pendapat para pakar dan artis-artis yang diwawancarai semuanya seolah sudah mengikuti skenario untuk mengaminkan bahwa perilaku masyarakat pengguna kendaraan bermotorlah yang menjadi sumber utama dari krisisnya BBM bersubsidi tersebut.
Mengapa setiap kali terjadi krisis BBM bersubsidi, masyarakat pengguna BBM yang selalu dijadikan kambing hitam? Lalu mengapa maraknya kasus-kasus seperti penyelundupan puluhan juta liter minyak yang dilakukan oleh kapal-kapal tanker yang tidak pernah di munculkan sebagai “tersangka” meski jumlah yang di sinyalir bisa mencapai 70-80% dari jumlah quota BBM bersubsidi yang dikapalkan.
Sangat ironis melihat situasi yang seperti ini. Pedagang bensin eceran dengan jerigen selalu diawasi dan kalau perlu dituduh sebagai penimbunan minyak, sementara puluhan jutaan liter yang diambil oleh tanker-tanker di tengah laut tidak pernah tuntas di tangani oleh pemerintah.
Siapa orang dibalik skenario yang begitu hebatnya bisa membuat bahkan sanggup mencuci otak masyarakat dari pengguna BBM bersubsidi untuk saling menyalahkan? Sementara itu, jaringan mafia penyelundupan BBM bersubsidi yang menghabiskan sebagian besar kuota BBM bersubsidi dapat dengan mudah dan aman melakukan aksi busuknya.
Untuk kasus seperti ini apalagi diwilayah Jabodetabek sebaiknya diadakan pengecekan jumlah riil pasokan BBM ke SPBU. Apakah sudah sesuai dengan aturan dan data yang dilaporkan oleh pihak Pertamina dan Pemerintah. Pihak KPK harus segera membentuk tim khusus untuk mengadakan audit distribusi BBM yang dikirim dan dipasarkan oleh setiap SPBU di Jabodetabek dan sekitarnya. Bukankah setiap liter BBM yang keluar dari pompa SPBU memiliki data dan resumenya? Kumpulkan semua data meteran dari semua SPBU di Jabodetabek untuk mendapatkan satu angka kebutuhan BBM bersubsidi. Kemudian, bandingkanlah dengan yang laporan alokasi dan pasokan BBM yang sudah dikirim oleh pihak Pertamina dan yang dilaporkan oleh Pemerintah.  Apakah ada selisihnya dan berapa besar selisihnya dan apakah selisihnya wajar atau sudah tidak dapat masuk akal?
Audit yang serupa juga harus dilakukan terhadap jaringan distribusi BBM bersubsidi secara nasional yang dilakukan oleh pihak Pertamina selaku BUMN yang sangat bertanggung jawab untuk semua pasokan BBM di Jabodetabek dan sekiarnya. Jumlah BBM bersubsidi dari Pertamina harus dipastikan sama dengan jumlah BBM yang diterima dari setiap depo penerima yang sesuai dengan data kebutuhan BBM bersubsidi yang datanya selalu di update dari setiap pompa BBM di semua SPBU.  
Jangan biarkan BBM bersubsidi dihabiskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab akan tetapi sebagai masyarakat luas yang menggunakan kendaraan bermotor dan pengecer kecil yang selalu dijadikan terdakwanya. Sebagai media massa juga harus lebih kritis untuk melakukan segala bentuk pengawasan dan investigasi terhadap masalah ini sehingga tidak lagi mengikuti aturan skenario yang keji dan dibuat oleh pihak-pihak penguasa korup dan para calo. 
Semoga kejadian seperti ini harus segera diungkap agar kedepannya masalah BBM bersubsidi tidak membuat masyarakat khawatir dan seharusnya peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk terciptanya suatu solusi agar BBM bersubsidi masih dapat dinikmati oleh masyarakat yang kurang mampu.