Minggu, 23 Desember 2012

Ancaman Bencana Hidrometeorologi (BI SS 2012)



Kombinasi Perubahan Iklim Dan Ulah Manusia

Bencana hidrometeorologi, yaitu, menjadi ancaman terbesar bagi negara di Asia, termasuk Indonesia. Bencana ini dipicu oleh kerusakan lingkungan dan pemanasan global.
Kepala Pusat Data , Informasi Dan Humas Badan Nasional (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa sejak bulan Januari hingga 13 Desember 2012 sudah tercatat 729 kasus kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. Sebanyak 85% adalah bencana hidrometeorologi yang berupa banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung, kebakaran lahan hutan serta gelombang pasang. Kejadian ini lebih besar dari pada rata-rata tahun 2002-2011 yaitu 77%. Puting beliung merupakan bencana yang paling sering terjadi dan mengalahkan bencana banjir dan tanah longsor yang sebelumnya mendominasi di sebagian daerah yang rawan bencana.
Meningkatnya bencana hidrometeorologi disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat ulah manusia dan faktor perubahan iklim. Khususnya untuk masalah banjir yang terjadi di pulau Jawa penyebab dominannya disebabkan oleh antropogenik. Faktor kerusakan yang paling sering terjadi terdapat pada daerah yang memiliki aliran sungai dan di daerah perbukitan yang memiliki struktur tanah yang tidak stabil akibat tidak adanya pepohonan yang rindang sehingga terjadi bencana longsor. Akan tetapi, fenomena peningkatan frekuensi dan daerah yang mengalami  dampak akibat puting beliung menunjukan pengaruh yang sangat besar bagi perubahan iklim. Naiknya suhu Bumi menyebabkan frekuensi kejadian puting beliung menjadi suatu pembuktian langsung bahwa secara statistika pun sangat sulit untuk dibuktikan.
Pada puncak musim hujan, pada bulan Januari merupakan ancaman bencana hidrometeorologi mencapai puncaknya. Bagi masyarakat harus berhati-hati dengan adanya bencana hidrometeorologi karena sudah sangat serius mengancam di masa yang akan datang. Secara bulanan saja menunjukan puncak bencana ini terjadi pada bulan Januari. Artinya pada puncak musim hujan pada saat bulan Januari merupakan ancaman yang berupa hidrometeorologi mencapai puncaknya ini perlu diantisipasi oleh masyarakat. Saat ini puting beliung terjadi bukan hanya pada masa transisi atau peralihan musim, melainkan berlangsungnya selama musim hujan hingga akhir musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober hingga April.

Fenomena Global 

        Dominasi bencana hidrometeorologi di Indonesia ini sejalan dengan fenomena yang terjadi di Asia dan global. Secara global sudah terjadi sebanyak 76% bencana di dunia sepanjang tahun 1900-2011 merupakan bencana hidrometeorologi. Pekan ini, badan PBB untuk Pengurangan Resiko Bencana (UNISDRI) merilis hasil penelitian yang menyebutkan banjir merupakan bencana yang paling kerap terjadi di Asia sepanjang tahun 2012, yaitu mencapai 44%. Bencana ini menyebabkan dampak korban jiwa terbanyak dan kerugian ekonomi yang sangat besar. Sebanyak 54% korban tewas di Asia yang diakibatkan oleh banjir dan 56% dari total kerugian ekonomi di Asia disebabkan oleh banjir. Selain banjir, badai juga menjadi ancaman serius di Asia. Pekan lalu di Filipina terjadi topan Bopha yang menewaskan 500 orang. Di dunia jumlah bencana sudah terjadi sebanyak 213 kali, menyebabkan 5.469 korban tewas yang berdampak terhadap 87 juta jiwa dan menyebabkan kerugian hingga 44,6 miliar dollar AS.

Sumber : www.kompas.com

       
Share on :
Show comments
Hide comments

0 comments:

Posting Komentar



Kombinasi Perubahan Iklim Dan Ulah Manusia

Bencana hidrometeorologi, yaitu, menjadi ancaman terbesar bagi negara di Asia, termasuk Indonesia. Bencana ini dipicu oleh kerusakan lingkungan dan pemanasan global.
Kepala Pusat Data , Informasi Dan Humas Badan Nasional (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa sejak bulan Januari hingga 13 Desember 2012 sudah tercatat 729 kasus kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. Sebanyak 85% adalah bencana hidrometeorologi yang berupa banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung, kebakaran lahan hutan serta gelombang pasang. Kejadian ini lebih besar dari pada rata-rata tahun 2002-2011 yaitu 77%. Puting beliung merupakan bencana yang paling sering terjadi dan mengalahkan bencana banjir dan tanah longsor yang sebelumnya mendominasi di sebagian daerah yang rawan bencana.
Meningkatnya bencana hidrometeorologi disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat ulah manusia dan faktor perubahan iklim. Khususnya untuk masalah banjir yang terjadi di pulau Jawa penyebab dominannya disebabkan oleh antropogenik. Faktor kerusakan yang paling sering terjadi terdapat pada daerah yang memiliki aliran sungai dan di daerah perbukitan yang memiliki struktur tanah yang tidak stabil akibat tidak adanya pepohonan yang rindang sehingga terjadi bencana longsor. Akan tetapi, fenomena peningkatan frekuensi dan daerah yang mengalami  dampak akibat puting beliung menunjukan pengaruh yang sangat besar bagi perubahan iklim. Naiknya suhu Bumi menyebabkan frekuensi kejadian puting beliung menjadi suatu pembuktian langsung bahwa secara statistika pun sangat sulit untuk dibuktikan.
Pada puncak musim hujan, pada bulan Januari merupakan ancaman bencana hidrometeorologi mencapai puncaknya. Bagi masyarakat harus berhati-hati dengan adanya bencana hidrometeorologi karena sudah sangat serius mengancam di masa yang akan datang. Secara bulanan saja menunjukan puncak bencana ini terjadi pada bulan Januari. Artinya pada puncak musim hujan pada saat bulan Januari merupakan ancaman yang berupa hidrometeorologi mencapai puncaknya ini perlu diantisipasi oleh masyarakat. Saat ini puting beliung terjadi bukan hanya pada masa transisi atau peralihan musim, melainkan berlangsungnya selama musim hujan hingga akhir musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober hingga April.

Fenomena Global 

        Dominasi bencana hidrometeorologi di Indonesia ini sejalan dengan fenomena yang terjadi di Asia dan global. Secara global sudah terjadi sebanyak 76% bencana di dunia sepanjang tahun 1900-2011 merupakan bencana hidrometeorologi. Pekan ini, badan PBB untuk Pengurangan Resiko Bencana (UNISDRI) merilis hasil penelitian yang menyebutkan banjir merupakan bencana yang paling kerap terjadi di Asia sepanjang tahun 2012, yaitu mencapai 44%. Bencana ini menyebabkan dampak korban jiwa terbanyak dan kerugian ekonomi yang sangat besar. Sebanyak 54% korban tewas di Asia yang diakibatkan oleh banjir dan 56% dari total kerugian ekonomi di Asia disebabkan oleh banjir. Selain banjir, badai juga menjadi ancaman serius di Asia. Pekan lalu di Filipina terjadi topan Bopha yang menewaskan 500 orang. Di dunia jumlah bencana sudah terjadi sebanyak 213 kali, menyebabkan 5.469 korban tewas yang berdampak terhadap 87 juta jiwa dan menyebabkan kerugian hingga 44,6 miliar dollar AS.

Sumber : www.kompas.com

       



Kombinasi Perubahan Iklim Dan Ulah Manusia

Bencana hidrometeorologi, yaitu, menjadi ancaman terbesar bagi negara di Asia, termasuk Indonesia. Bencana ini dipicu oleh kerusakan lingkungan dan pemanasan global.
Kepala Pusat Data , Informasi Dan Humas Badan Nasional (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa sejak bulan Januari hingga 13 Desember 2012 sudah tercatat 729 kasus kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. Sebanyak 85% adalah bencana hidrometeorologi yang berupa banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung, kebakaran lahan hutan serta gelombang pasang. Kejadian ini lebih besar dari pada rata-rata tahun 2002-2011 yaitu 77%. Puting beliung merupakan bencana yang paling sering terjadi dan mengalahkan bencana banjir dan tanah longsor yang sebelumnya mendominasi di sebagian daerah yang rawan bencana.
Meningkatnya bencana hidrometeorologi disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat ulah manusia dan faktor perubahan iklim. Khususnya untuk masalah banjir yang terjadi di pulau Jawa penyebab dominannya disebabkan oleh antropogenik. Faktor kerusakan yang paling sering terjadi terdapat pada daerah yang memiliki aliran sungai dan di daerah perbukitan yang memiliki struktur tanah yang tidak stabil akibat tidak adanya pepohonan yang rindang sehingga terjadi bencana longsor. Akan tetapi, fenomena peningkatan frekuensi dan daerah yang mengalami  dampak akibat puting beliung menunjukan pengaruh yang sangat besar bagi perubahan iklim. Naiknya suhu Bumi menyebabkan frekuensi kejadian puting beliung menjadi suatu pembuktian langsung bahwa secara statistika pun sangat sulit untuk dibuktikan.
Pada puncak musim hujan, pada bulan Januari merupakan ancaman bencana hidrometeorologi mencapai puncaknya. Bagi masyarakat harus berhati-hati dengan adanya bencana hidrometeorologi karena sudah sangat serius mengancam di masa yang akan datang. Secara bulanan saja menunjukan puncak bencana ini terjadi pada bulan Januari. Artinya pada puncak musim hujan pada saat bulan Januari merupakan ancaman yang berupa hidrometeorologi mencapai puncaknya ini perlu diantisipasi oleh masyarakat. Saat ini puting beliung terjadi bukan hanya pada masa transisi atau peralihan musim, melainkan berlangsungnya selama musim hujan hingga akhir musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober hingga April.

Fenomena Global 

        Dominasi bencana hidrometeorologi di Indonesia ini sejalan dengan fenomena yang terjadi di Asia dan global. Secara global sudah terjadi sebanyak 76% bencana di dunia sepanjang tahun 1900-2011 merupakan bencana hidrometeorologi. Pekan ini, badan PBB untuk Pengurangan Resiko Bencana (UNISDRI) merilis hasil penelitian yang menyebutkan banjir merupakan bencana yang paling kerap terjadi di Asia sepanjang tahun 2012, yaitu mencapai 44%. Bencana ini menyebabkan dampak korban jiwa terbanyak dan kerugian ekonomi yang sangat besar. Sebanyak 54% korban tewas di Asia yang diakibatkan oleh banjir dan 56% dari total kerugian ekonomi di Asia disebabkan oleh banjir. Selain banjir, badai juga menjadi ancaman serius di Asia. Pekan lalu di Filipina terjadi topan Bopha yang menewaskan 500 orang. Di dunia jumlah bencana sudah terjadi sebanyak 213 kali, menyebabkan 5.469 korban tewas yang berdampak terhadap 87 juta jiwa dan menyebabkan kerugian hingga 44,6 miliar dollar AS.

Sumber : www.kompas.com

       



Kombinasi Perubahan Iklim Dan Ulah Manusia

Bencana hidrometeorologi, yaitu, menjadi ancaman terbesar bagi negara di Asia, termasuk Indonesia. Bencana ini dipicu oleh kerusakan lingkungan dan pemanasan global.
Kepala Pusat Data , Informasi Dan Humas Badan Nasional (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa sejak bulan Januari hingga 13 Desember 2012 sudah tercatat 729 kasus kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. Sebanyak 85% adalah bencana hidrometeorologi yang berupa banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung, kebakaran lahan hutan serta gelombang pasang. Kejadian ini lebih besar dari pada rata-rata tahun 2002-2011 yaitu 77%. Puting beliung merupakan bencana yang paling sering terjadi dan mengalahkan bencana banjir dan tanah longsor yang sebelumnya mendominasi di sebagian daerah yang rawan bencana.
Meningkatnya bencana hidrometeorologi disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat ulah manusia dan faktor perubahan iklim. Khususnya untuk masalah banjir yang terjadi di pulau Jawa penyebab dominannya disebabkan oleh antropogenik. Faktor kerusakan yang paling sering terjadi terdapat pada daerah yang memiliki aliran sungai dan di daerah perbukitan yang memiliki struktur tanah yang tidak stabil akibat tidak adanya pepohonan yang rindang sehingga terjadi bencana longsor. Akan tetapi, fenomena peningkatan frekuensi dan daerah yang mengalami  dampak akibat puting beliung menunjukan pengaruh yang sangat besar bagi perubahan iklim. Naiknya suhu Bumi menyebabkan frekuensi kejadian puting beliung menjadi suatu pembuktian langsung bahwa secara statistika pun sangat sulit untuk dibuktikan.
Pada puncak musim hujan, pada bulan Januari merupakan ancaman bencana hidrometeorologi mencapai puncaknya. Bagi masyarakat harus berhati-hati dengan adanya bencana hidrometeorologi karena sudah sangat serius mengancam di masa yang akan datang. Secara bulanan saja menunjukan puncak bencana ini terjadi pada bulan Januari. Artinya pada puncak musim hujan pada saat bulan Januari merupakan ancaman yang berupa hidrometeorologi mencapai puncaknya ini perlu diantisipasi oleh masyarakat. Saat ini puting beliung terjadi bukan hanya pada masa transisi atau peralihan musim, melainkan berlangsungnya selama musim hujan hingga akhir musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober hingga April.

Fenomena Global 

        Dominasi bencana hidrometeorologi di Indonesia ini sejalan dengan fenomena yang terjadi di Asia dan global. Secara global sudah terjadi sebanyak 76% bencana di dunia sepanjang tahun 1900-2011 merupakan bencana hidrometeorologi. Pekan ini, badan PBB untuk Pengurangan Resiko Bencana (UNISDRI) merilis hasil penelitian yang menyebutkan banjir merupakan bencana yang paling kerap terjadi di Asia sepanjang tahun 2012, yaitu mencapai 44%. Bencana ini menyebabkan dampak korban jiwa terbanyak dan kerugian ekonomi yang sangat besar. Sebanyak 54% korban tewas di Asia yang diakibatkan oleh banjir dan 56% dari total kerugian ekonomi di Asia disebabkan oleh banjir. Selain banjir, badai juga menjadi ancaman serius di Asia. Pekan lalu di Filipina terjadi topan Bopha yang menewaskan 500 orang. Di dunia jumlah bencana sudah terjadi sebanyak 213 kali, menyebabkan 5.469 korban tewas yang berdampak terhadap 87 juta jiwa dan menyebabkan kerugian hingga 44,6 miliar dollar AS.

Sumber : www.kompas.com