Minggu, 17 Februari 2013

Menghindari Dampak Negatif Radiasi Ponsel (BI SS 2013)

Manusia yang tak lagi betah berdiam diri semakin tak mungkin berpisah dengan telepon seluler (Ponsel). Apalagi teknologi ponsel yang kian canggih dan seolah mampu membaca apa yang sedang dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan segala aktifitasnya. Dugaan adanya dampak pada kesehatan akibat paparan radiasi ponsel terus bermunculan. Hasil penelitian terbaru bahkan mengungkapkan bahwa radiasi dari sebuah ponsel dapat mempengaruhi kinerja dari otak. Sebelumnya, sejumlah ilmuwan juga menyebutkan, bahwa radiasi ponsel berkorelasi terhadap berkurangnya kepadatan tulang, gangguan kesuburan pria, hingga pemicu kanker.

Menjawab dampak dari radiasi ponsel pada kesehatan, pakar medis Dr. Nolka Volkow melakukan pengujian dan penelitian dengan memakai sebuah ponsel. kompas.com menyebutkan, Volkow telah melaksanakan penelitian 2,5 tahun yang lalu. Dan hasilnya, pemakaian ponsel selama satu jam dapat meningkatkan metabolisme glukosa dan perubahan di otak. Namun, belum bisa dipastikan apakah dampak ini negatif atau tidak.

Penelitian yang ia lakukan dengan sebuah ponsel pintar (smartphone) juga menunjukkan ponsel pintar memiliki pancaran radiasi lebih tinggi dibandingkan dengan ponsel biasa pada umumnya. Ini terjadi karena adanya kompleksitas pengiriman data dalam mekanisme ponsel pintar. 

Konsumen sebenarnya bisa mengetahui intensitas radiasi sebuah ponsel dengan melihat specific absorption rate (SAR). Angka dalam SAR mengidentifikasi besarnya radiasi yang diserap oleh tubuh ketika menggunakan ponsel dengan kekuatan yang maksimal.

Entah karena alasan bisnis atau yang lainnya, angka SAR ini nyaris tak pernah dicantumkan di dalam sebuah buku manual yang dikemas ke dalam produk ponsel tersebut. Namun, Environmental Working Group, organisasi nirlaba, telah membuat sebuah daftar perbandingan dengan nilai SAR untuk setiap jenis ponsel yang berada di pasaran. 

Meski para konsumen sulit untuk mendapatkan angka SAR, konsumen juga dapat menghindari paparan radiasi dengan sedapat mungkin menjauhkan ponsel dari kepala atau menggunakan headset. Bila tak tersedia headset, konsumen bisa membesarkan sedikit ponsel dari telinga. Setiap milimeter amat sangat berarti.  

Ponsel juga akan memancarkan radiasi dalam tingkat yang lebih tinggi bila berada dalam lingkungan yang sulit menerima sinyal. Dengan demikian, untuk menghindari sengatan radiasi sebuah ponsel, kita disarankan untuk tidak menelepon disaat di dalam sebuah lift ataupun lantai bawah tanah, sebab kedua tempat itu umumnya minim sekali dengan sinyal.

Sumber : www.kompas.com
 
Share on :
Show comments
Hide comments

0 comments:

Posting Komentar

Manusia yang tak lagi betah berdiam diri semakin tak mungkin berpisah dengan telepon seluler (Ponsel). Apalagi teknologi ponsel yang kian canggih dan seolah mampu membaca apa yang sedang dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan segala aktifitasnya. Dugaan adanya dampak pada kesehatan akibat paparan radiasi ponsel terus bermunculan. Hasil penelitian terbaru bahkan mengungkapkan bahwa radiasi dari sebuah ponsel dapat mempengaruhi kinerja dari otak. Sebelumnya, sejumlah ilmuwan juga menyebutkan, bahwa radiasi ponsel berkorelasi terhadap berkurangnya kepadatan tulang, gangguan kesuburan pria, hingga pemicu kanker.

Menjawab dampak dari radiasi ponsel pada kesehatan, pakar medis Dr. Nolka Volkow melakukan pengujian dan penelitian dengan memakai sebuah ponsel. kompas.com menyebutkan, Volkow telah melaksanakan penelitian 2,5 tahun yang lalu. Dan hasilnya, pemakaian ponsel selama satu jam dapat meningkatkan metabolisme glukosa dan perubahan di otak. Namun, belum bisa dipastikan apakah dampak ini negatif atau tidak.

Penelitian yang ia lakukan dengan sebuah ponsel pintar (smartphone) juga menunjukkan ponsel pintar memiliki pancaran radiasi lebih tinggi dibandingkan dengan ponsel biasa pada umumnya. Ini terjadi karena adanya kompleksitas pengiriman data dalam mekanisme ponsel pintar. 

Konsumen sebenarnya bisa mengetahui intensitas radiasi sebuah ponsel dengan melihat specific absorption rate (SAR). Angka dalam SAR mengidentifikasi besarnya radiasi yang diserap oleh tubuh ketika menggunakan ponsel dengan kekuatan yang maksimal.

Entah karena alasan bisnis atau yang lainnya, angka SAR ini nyaris tak pernah dicantumkan di dalam sebuah buku manual yang dikemas ke dalam produk ponsel tersebut. Namun, Environmental Working Group, organisasi nirlaba, telah membuat sebuah daftar perbandingan dengan nilai SAR untuk setiap jenis ponsel yang berada di pasaran. 

Meski para konsumen sulit untuk mendapatkan angka SAR, konsumen juga dapat menghindari paparan radiasi dengan sedapat mungkin menjauhkan ponsel dari kepala atau menggunakan headset. Bila tak tersedia headset, konsumen bisa membesarkan sedikit ponsel dari telinga. Setiap milimeter amat sangat berarti.  

Ponsel juga akan memancarkan radiasi dalam tingkat yang lebih tinggi bila berada dalam lingkungan yang sulit menerima sinyal. Dengan demikian, untuk menghindari sengatan radiasi sebuah ponsel, kita disarankan untuk tidak menelepon disaat di dalam sebuah lift ataupun lantai bawah tanah, sebab kedua tempat itu umumnya minim sekali dengan sinyal.

Sumber : www.kompas.com
 

Manusia yang tak lagi betah berdiam diri semakin tak mungkin berpisah dengan telepon seluler (Ponsel). Apalagi teknologi ponsel yang kian canggih dan seolah mampu membaca apa yang sedang dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan segala aktifitasnya. Dugaan adanya dampak pada kesehatan akibat paparan radiasi ponsel terus bermunculan. Hasil penelitian terbaru bahkan mengungkapkan bahwa radiasi dari sebuah ponsel dapat mempengaruhi kinerja dari otak. Sebelumnya, sejumlah ilmuwan juga menyebutkan, bahwa radiasi ponsel berkorelasi terhadap berkurangnya kepadatan tulang, gangguan kesuburan pria, hingga pemicu kanker.

Menjawab dampak dari radiasi ponsel pada kesehatan, pakar medis Dr. Nolka Volkow melakukan pengujian dan penelitian dengan memakai sebuah ponsel. kompas.com menyebutkan, Volkow telah melaksanakan penelitian 2,5 tahun yang lalu. Dan hasilnya, pemakaian ponsel selama satu jam dapat meningkatkan metabolisme glukosa dan perubahan di otak. Namun, belum bisa dipastikan apakah dampak ini negatif atau tidak.

Penelitian yang ia lakukan dengan sebuah ponsel pintar (smartphone) juga menunjukkan ponsel pintar memiliki pancaran radiasi lebih tinggi dibandingkan dengan ponsel biasa pada umumnya. Ini terjadi karena adanya kompleksitas pengiriman data dalam mekanisme ponsel pintar. 

Konsumen sebenarnya bisa mengetahui intensitas radiasi sebuah ponsel dengan melihat specific absorption rate (SAR). Angka dalam SAR mengidentifikasi besarnya radiasi yang diserap oleh tubuh ketika menggunakan ponsel dengan kekuatan yang maksimal.

Entah karena alasan bisnis atau yang lainnya, angka SAR ini nyaris tak pernah dicantumkan di dalam sebuah buku manual yang dikemas ke dalam produk ponsel tersebut. Namun, Environmental Working Group, organisasi nirlaba, telah membuat sebuah daftar perbandingan dengan nilai SAR untuk setiap jenis ponsel yang berada di pasaran. 

Meski para konsumen sulit untuk mendapatkan angka SAR, konsumen juga dapat menghindari paparan radiasi dengan sedapat mungkin menjauhkan ponsel dari kepala atau menggunakan headset. Bila tak tersedia headset, konsumen bisa membesarkan sedikit ponsel dari telinga. Setiap milimeter amat sangat berarti.  

Ponsel juga akan memancarkan radiasi dalam tingkat yang lebih tinggi bila berada dalam lingkungan yang sulit menerima sinyal. Dengan demikian, untuk menghindari sengatan radiasi sebuah ponsel, kita disarankan untuk tidak menelepon disaat di dalam sebuah lift ataupun lantai bawah tanah, sebab kedua tempat itu umumnya minim sekali dengan sinyal.

Sumber : www.kompas.com
 

Manusia yang tak lagi betah berdiam diri semakin tak mungkin berpisah dengan telepon seluler (Ponsel). Apalagi teknologi ponsel yang kian canggih dan seolah mampu membaca apa yang sedang dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan segala aktifitasnya. Dugaan adanya dampak pada kesehatan akibat paparan radiasi ponsel terus bermunculan. Hasil penelitian terbaru bahkan mengungkapkan bahwa radiasi dari sebuah ponsel dapat mempengaruhi kinerja dari otak. Sebelumnya, sejumlah ilmuwan juga menyebutkan, bahwa radiasi ponsel berkorelasi terhadap berkurangnya kepadatan tulang, gangguan kesuburan pria, hingga pemicu kanker.

Menjawab dampak dari radiasi ponsel pada kesehatan, pakar medis Dr. Nolka Volkow melakukan pengujian dan penelitian dengan memakai sebuah ponsel. kompas.com menyebutkan, Volkow telah melaksanakan penelitian 2,5 tahun yang lalu. Dan hasilnya, pemakaian ponsel selama satu jam dapat meningkatkan metabolisme glukosa dan perubahan di otak. Namun, belum bisa dipastikan apakah dampak ini negatif atau tidak.

Penelitian yang ia lakukan dengan sebuah ponsel pintar (smartphone) juga menunjukkan ponsel pintar memiliki pancaran radiasi lebih tinggi dibandingkan dengan ponsel biasa pada umumnya. Ini terjadi karena adanya kompleksitas pengiriman data dalam mekanisme ponsel pintar. 

Konsumen sebenarnya bisa mengetahui intensitas radiasi sebuah ponsel dengan melihat specific absorption rate (SAR). Angka dalam SAR mengidentifikasi besarnya radiasi yang diserap oleh tubuh ketika menggunakan ponsel dengan kekuatan yang maksimal.

Entah karena alasan bisnis atau yang lainnya, angka SAR ini nyaris tak pernah dicantumkan di dalam sebuah buku manual yang dikemas ke dalam produk ponsel tersebut. Namun, Environmental Working Group, organisasi nirlaba, telah membuat sebuah daftar perbandingan dengan nilai SAR untuk setiap jenis ponsel yang berada di pasaran. 

Meski para konsumen sulit untuk mendapatkan angka SAR, konsumen juga dapat menghindari paparan radiasi dengan sedapat mungkin menjauhkan ponsel dari kepala atau menggunakan headset. Bila tak tersedia headset, konsumen bisa membesarkan sedikit ponsel dari telinga. Setiap milimeter amat sangat berarti.  

Ponsel juga akan memancarkan radiasi dalam tingkat yang lebih tinggi bila berada dalam lingkungan yang sulit menerima sinyal. Dengan demikian, untuk menghindari sengatan radiasi sebuah ponsel, kita disarankan untuk tidak menelepon disaat di dalam sebuah lift ataupun lantai bawah tanah, sebab kedua tempat itu umumnya minim sekali dengan sinyal.

Sumber : www.kompas.com