Para
peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kehutanan dimana
memberikan solusi bagi masa depan pengelolaan hutan. Mereka diminta menyediakan
hasil riset yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan industri di tengah
tingginya kebutuhan penduduk, perubahan iklim, serta mulai munculnya kesadaran
lingkungan. Yang akan menentukan masa depan kehutanan adalah Balitbang. Jangan
sampai malah belajar dari Singapura, China atau Cifor (Lembaga Penelitian
Kehutanan Dunia).
Cifor
telah 20 tahun berada di Indonesia, awalnya berkantor di Balitbang Kemhut. Kini
pindah tak jauh dari Kantor Balitbang. Kegiatan itu diikuti Direktur Jendral
Cifor Peter Holmgren dan Koordinator Regional Asia Tenggara Pusat Wanatani
Dunia (ICRAF).
Menurut
Zulkifli, hasil penelitian Balitbang harus bisa di manfaatkan kalangan industri
dan masyarakat. Ia menekankan, perlu digalakkan penelitian kehutanan nonkayu,
seperti permodelan jasa lingkungan, energi baru.
Dalam
sesi dialog dengan pengguna hasil riset, petani gaharu asal Sumatera Utara
meminta Menteri Kehutanan untuk mengubah regulasi. Menurut dia, produksi gaharu
dibatasi kuota karena semula gaharu di dapat dari hutan alam. Berkat riset
Balitbang Kehutanan, kini gaharu dipercepat dan diperbanyak hasil minyaknya
dengan pemberian vaksin mikroorganisme. Dalam jangka waktu tiga tahun,
produksinya sudah sangat menguntungkan.
Tiap
pohon gaharu bernilai 2 juta untuk masa panen dalam waktu tujuh tahun. Dalam 1
hektar, ditanam 2000-2500 batang gaharu. Dalam kurun waktu 7 tahun di dapat
penghasilan 4 miliar sampai dengan 5 miliar. Merespons hal itu, Zulkifli
meminta Kepala Balitbang Kehutanan dan Sekretaris Jenderal Kemhut meninjau
regulasi yang menghambat pengembangan.
Dengan
menggunakan hasil penelitian teknologi paket perhitungan karbon, mempertamyakan
izin reforestasi (rehabilitasi ekosistem) yang tidak kunjung terbit sejak 2
tahun 2 bulan yang diajukan ke Kemhut. Perusahaan yang dibentuk oleh Jusuf
Kalla itu menabur benih tanaman endemis pada 382 hektar lahan di Palangkaraya.
Setelah 6 bulan, 63 persen tumbuh dengan baik, tapi kemudian terkena panas dan
banjir jadi tinggal 14 persen.
Kepala
Balitbang Kemhut Iman Santoso mengatakan, para peneliti menghasilkan berbagai
riset yang prospektif. Hasil riset itu diantaranya pemanfaaatan bioremediasi
dari mikroorganisme hutan dan pembuatan nanoteknologi karbon aktif untuk
baterai mobil listrik. Ia berharap hasil penelitian ini bisa diserap oleh
masyarakat dan industri.
Sumber :
0 comments:
Posting Komentar